Kota Jakarta saat ini menghadapi permasalahan pencemaran udara akibat
kompleksitas kegiatan yang terjadi didalamnya. Polutan yang berkontribusi pada
pencemaran tersebut diantaranya CO, NOx, SOx, dan Partikulat (PM). Polutan
PM2.5 umumnya digunakan sebagai parameter utama dalam penilaian kualitas udara
karena dampaknya yang signifikan terhadap kesehatan dan visibilitas, serta
kemampuannya merepresentasikan banyak aspek polusi udara. Polutan PM2.5 di
udara ambien dapat berasal dari sumber yang berbeda yang ditandai dengan
keberadaan unsur kimia tertentu sebagai penanda unik. Penilaian sumber PM2.5
berdasarkan perbedaan unsur penanda pada PM2.5 dapat dilakukan dengan teknik
model reseptor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai kontribusi sumber
emisi PM2.5 di Kota Jakarta Timur pada musim kemarau menggunakan model
reseptor Chemical Mass Balance (CMB) dan Positive Matrix Factorization (PMF).
Pengambilan sampel PM2.5 menggunakan SuperSASS dilakukan selama 24 jam
setiap tiga hari pada musim kemarau yakni bulan Mei - Oktober 2024. Analisis
PM2.5 yang dilakukan adalah pengukuran konsentrasi PM2.5 menggunakan metode
gravimetri, karbon hitam menggunakan metode reflektansi, trace elements
menggunakan metode X-ray Fluorescence (XRF), ion terlarut menggunakan
metode ion kromatografi, karbon organik (OC) dan karbon elemental (EC)
menggunakan metode thermal/optical. Semua hasil analisis digunakan sebagai data
input pada model CMB dan PMF. Selanjutnya, analisis Conditional Probability
Function (CPF) diterapkan untuk mengidentifikasi lokasi sumber pencemar
berdasarkan hasil model tersebut. Hasil operasi model CMB dan PMF menyatakan
bahwa sumber emisi kendaraan diesel menjadi kontributor terbesar PM2.5 dengan
persentase sebesar 34,89% (CMB) dan 26,4% (PMF). Berdasarkan analisis CPF
diketahui sebagian besar potensi sumber emisi berasal dari kegiatan transportasidan industri yang berada di bagian selatan dan barat dari Kota Jakarta Timur.
Perpustakaan Digital ITB