Lembang merupakan salah satu sentra produksi tomat TW di Jawa Barat yang berkontribusi terhadap produksi tomat nasional. Lembang memiliki faktor produksi yang mendukung daya saing tomat TW. Namun, masih terdapat masalah untuk meningkatkan daya saing tomat, seperti perkembangan luas lahan dan produksi yang fluktuatif, biaya produksi yang tinggi, dan harga tomat TW di tingkat petani yang tidak stabil. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk menganalisis daya saing dan dampak kebijakan; uji sensitivitas pengaruh perubahan harga output-input, dan kurs mata uang rupiah terhadap daya saing; serta menyusun strategi yang tepat sebagai upaya meningkatkan daya saing tomat TW. Penelitian ini menggunakan metode Policy Analysis Matrix (PAM), uji sensitivitas, dan SWOT-AHP dengan melibatkan 20 orang petani anggota Kelompok Tani Macakal sebagai responden; serta 2 orang pengurus Kelompok Tani Macakal dan Koordinator BP3K Lembang sebagai narasumber. Hasil analisis PAM menunjukkan bahwa usaha tani tomat TW memiliki daya saing dengan nilai keunggulan komparatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan keunggulan kompetitif. Hasil analisis dampak kebijakan menunjukkan bahwa kebijakan yang berlaku terhadap sektor output bersifat non-protektif bagi petani produsen. Pada sektor input, hasil analisis dampak kebijakan terhadap input tradabel bersifat disinsentif dan dampak kebijakan terhadap faktor domestik bersifat insentif dan menguntungkan bagi petani produsen. Namun secara keseluruhan, dampak kebijakan yang berlaku pada sektor input-output membebani petani produsen. Selain itu, hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa daya saing tomat TW lebih sensitif terhadap perubahan harga input dan output dibandingkan terhadap perubahan kurs mata uang rupiah. Kemudian hasil analisis SWOT-AHP menunjukkan bahwa faktor SWOT yang paling berpengaruh pada daya saing tomat TW di Kecamatan Lembang adalah perubahan iklim dan anomali cuaca (T6), petani yang berpengalaman dan adaptif (S3), kondisi agroklimat yang cocok (S2), sistem kemitraan kelompok tani (S5), dan biaya produksi yang tinggi (W3). Sementara hasil analisis AHP terhadap strategi SWOT menunjukkan bahwa penerapan manajemen risiko (WT2), manajemen rantai pasok yang efisien (WT1), dan transparansi kebijakan dan program pemerintah yang berkaitan dengan dukungan terhadap petani (WT3) merupakan strategi prioritas dengan skor yang seimbang.
Perpustakaan Digital ITB