Raja Ampat merupakan wilayah perairan yang memiliki nilai strategis sebagai
kawasan wisata bahari dan konservasi laut dengan keanekaragaman hayati yang
sangat tinggi. Namun, meningkatnya aktivitas manusia, seperti kegiatan pariwisata
dan kegiatan industri, seperti pertambangan nikel di Pulau Gag, menimbulkan
potensi pencemaran terhadap perairan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
konsentrasi logam berat terlarut tembaga (Cu), timbal (Pb), dan nikel (Ni) di
beberapa titik perairan Raja Ampat. Pengambilan sampel dilakukan di sejumlah
lokasi, yaitu Piaynemo, Arborek, Friwen Wall, dan Teluk Mayalibit. Analisis
kandungan logam berat dilakukan di laboratorium menggunakan instrumen
Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP-MS). Secara umum, hasil
perbandingan dengan baku mutu air laut untuk biota berdasarkan Lampiran VIII
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 menunjukkan
bahwa konsentrasi logam berat masih berada dalam ambang batas aman. Hasil
analisis dengan ICP-MS menunjukkan tidak adanya cemaran logam berat di
Arborek dan Friwen Wall, sedangkan di Piaynemo terdeteksi adanya timbal dengan
konsentrasi sangat kecil yaitu 7,3 x 10-5 mg/L yang diduga oleh adanya aktivitas
perkapalan di sekitar titik kajian. Rendahnya konsentrasi logam berat terlarut
diduga dipengaruhi oleh pola arus laut yang dinamis serta tingginya curah hujan
yang berperan dalam proses pengenceran. Data logam berat yang diperoleh dari PT
Gag Nikel di Pulau Gag menunjukkan bahwa konsentrasi logam berat masih
memenuhi baku mutu untuk pertambangan nikel. Meskipun demikian, ditemukan
satu lokasi dengan konsentrasi logam berat yang relatif tinggi walaupun masih
memenuhi baku mutu, yaitu di perairan Teluk Mayalibit. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh pengaruh runoff sungai yang bermuara di wilayah tersebut.
Temuan ini menunjukkan pentingnya pemantauan berkala terhadap kualitas air di
kawasan konservasi untuk menjaga keberlanjutan ekosistem laut Raja Ampat.
Perpustakaan Digital ITB