bersifat toksik dan korosif. Dalam fasilitas pemrosesan gas, senyawa ini harus
dihilangkan dan dikonversi menjadi senyawa yang lebih stabil melalui proses
pembakaran di unit acid gas incinerator (AGI). Di dalam AGI, H?S dioksidasi
menjadi sulfur dioksida (SO?) dengan penambahan bahan bakar dan suplai udara.
Proses ini berlangsung pada temperatur tinggi dan melibatkan reaksi Claus parsial.
Namun, selain menghasilkan SO?, kondisi temperatur tinggi dan kelebihan oksigen
dalam AGI juga memungkinkan terbentuknya sulfur trioksida (SO?) sebagai produk
samping yang tidak diinginkan. Pembentukan SO? diperkuat oleh rasio udara
berlebih, dan reaksi-reaksi oksidasi lanjutan dari SO?, termasuk reaksi yang
dikatalisis oleh senyawa NO?.
SO? sangat kritis untuk dikendalikan karena keberadaannya dalam aliran gas dapat
bereaksi cepat dengan uap air, membentuk asam sulfat (H?SO?) yang bersifat sangat
korosif. Setelah proses pembakaran di AGI, gas hasil reaksi dialirkan ke unit prescrubber
yang berfungsi untuk mendinginkan (quenching) dan menyerap SO?
menggunakan air pelarut. Namun, jika proses penyerapan SO? di pre-scrubber tidak
optimal, sebagian SO? dapat lolos ke aliran produk atas dan terbawa menuju
jaringan perpipaan. Ketika aliran gas ini mengalami pendinginan lebih lanjut, uap
air dapat terkondensasi dan bereaksi dengan SO? membentuk genangan H?SO? cair
di bagian bawah pipa. Kondisi ini mempercepat laju korosi internal dan
meningkatkan risiko kebocoran pada sistem perpipaan. Oleh karena itu, evaluasi
menyeluruh terhadap performa AGI dan pre-scrubber menjadi sangat penting untuk
menjamin keamanan dan keandalan sistem pengolahan gas asam.
Penelitian ini memanfaatkan perangkat lunak simulasi proses Aspen HYSYS untuk
menganalisis dan memodelkan performa acid gas incinerator dan menara prescrubber.
Kajian pada incinerator gas asam difokuskan pada optimalisasi kondisi
operasi guna memaksimalkan produksi SO? dan meminimalkan pembentukan SO?.
Evaluasi dilakukan dengan memodifikasi konfigurasi AGI melalui penambahan
sistem air-preheating, serta analisis sensitivitas terhadap rasio udara terhadap gas
asam (AAGR), rasio bahan bakar terhadap gas asam (FGAGR), dan temperatur
operasi. Hasil simulasi menunjukkan bahwa penambahan air-preheating mampu meningkatkan temperatur operasi, sehingga mengurangi kebutuhan bahan bakar
dan udara, yang pada akhirnya menekan pembentukan SO? dan meningkatkan yield
SO?. Selain itu, peningkatan temperatur dari sistem air-preheating juga menurunkan
beban panas yang masuk ke sistem pre-scrubber, sehingga meningkatkan efisiensi
energi keseluruhan sistem. Rentang kondisi operasi optimal ditemukan berada pada
rasio FGAGR - AAGR antara 0,45 – 0,7.
Selanjutnya, penelitian ini berfokus pada evaluasi performa pre-scrubber dari
perspektif proses, dengan tujuan utama meminimalkan terbentuknya H?SO? di
aliran pipa keluaran dan meningkatkan efisiensi penyerapan SO?. Studi dilakukan
melalui simulasi empat konfigurasi berbeda titik pemasokan air pelarut dalam prescrubber.
Variasi konfigurasi ini memengaruhi kemurnian absorben yang
digunakan, dan berdampak langsung terhadap efisiensi penyerapan SO? dan
potensi pembentukan asam sulfat yang diindikasikan dari nilai pH kondensat.
Selain itu, dilakukan pula analisis sensitivitas terhadap parameter seperti temperatur
lingkungan, laju air demineralisasi, dan kandungan CO?. Hasil analisis
menunjukkan bahwa konfigurasi pre-scrubber yang menggunakan air pelarut murni
tanpa melibatkan air sirkulasi sebagai absorben serta penerapan air preheating pada
AGI memberikan performa terbaik dalam menurunkan kandungan SO?,
menurunkan temperatur gas keluaran secara signifikan, dan meningkatkan pH
kondensat yang menunjukkan penurunan pembentukan H?SO?.
Dari sisi performa hidrodinamik, evaluasi menunjukkan bahwa konfigurasi aktual
memiliki carryover sebesar 69,3 L/hari, lebih tinggi dari batas standar desain
industri sebesar 13 L/hari (0,1 gal/MMSCF). Konfigurasi dengan kemurnian
absorben lebih tinggi mampu menurunkan carryover menjadi 6,9 L/hari, bahkan
tanpa perlu modifikasi pada bagian demister, sehingga berpotensi meningkatkan
keandalan sistem secara signifikan.
Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa sinergi antara pengendalian
pembentukan SO? di AGI dan optimasi proses penyerapan di pre-scrubber sangat
krusial dalam menjaga performa sistem pengolahan gas asam. Penambahan sistem
air-preheating pada AGI serta penerapan konfigurasi pre-scrubber yang optimal
terbukti mampu meningkatkan efisiensi penanganan SO?, menurunkan temperatur
gas keluaran, mengurangi risiko korosi akibat pembentukan H?SO? di jaringan
perpipaan, serta memberikan kontribusi positif terhadap efisiensi energi sistem
secara keseluruhan.
Perpustakaan Digital ITB