Penelitian ini menganalisis perubahan curah hujan, debit masuk (inflow), dan
produksi listrik di PLTA Mrica dengan menggunakan data historis (1985–2014)
dari CHIRPS (Climate Hazards Group InfraRed Precipitation with Station data)
serta lima model iklim global (GCM) dalam kerangka CMIP6. Proyeksi iklim masa
depan disusun berdasarkan skenario SSP5-8.5 (Shared Socioeconomic Pathway 5),
yang merepresentasikan jalur emisi tertinggi. Skenario ini digunakan untuk menilai
dampak maksimum perubahan iklim terhadap keandalan pembangkit listrik tenaga
air pada periode 2021–2100 (IPCC, 2021).
Proyeksi curah hujan resolusi tinggi diperoleh melalui metode statistical
downscaling berbasis delta, yang menerapkan anomali tetap antara kondisi masa
depan dan historis pada data observasi. Metode ini lebih efisien secara komputasi
dibandingkan pendekatan dinamis, dan lazim digunakan dalam studi dampak
jangka panjang (Wilby.,dkk 1997; IPCC., 2021).
Hasil menunjukkan peningkatan curah hujan selama musim hujan, terutama Januari
hingga Maret, yang diproyeksikan naik hingga +2,5 mm/hari atau sekitar 30–40%
dibandingkan nilai historis. Sebaliknya, musim kemarau (Juni hingga September)
diperkirakan mengalami penurunan hingga ?1,5 mm/hari atau 25–40%, bergantung
pada periode dan bulan tertentu.
Data historis menunjukkan bahwa curah hujan bulanan minimal 100–120 mm
dibutuhkan untuk menjaga inflow yang memadai selama musim kemarau.
Variabilitas curah hujan seperti keterlambatan musim hujan atau periode kering
dapat mengurangi jam operasi turbin dan menurunkan produksi energi.
Temuan ini menegaskan pentingnya pemanfaatan proyeksi iklim dalam
pengelolaan waduk yang adaptif guna menjaga ketahanan sistem pembangkit
terhadap ketidakpastian iklim di masa depan.
Perpustakaan Digital ITB