OZI JUMADILA
EMBARGO  2028-11-10 
EMBARGO  2028-11-10 
OZI JUMADILA
EMBARGO  2028-11-10 
EMBARGO  2028-11-10 
OZI JUMADILA
EMBARGO  2028-11-10 
EMBARGO  2028-11-10 
OZI JUMADILA
EMBARGO  2028-11-10 
EMBARGO  2028-11-10 
OZI JUMADILA
EMBARGO  2028-11-10 
EMBARGO  2028-11-10 
OZI JUMADILA
EMBARGO  2028-11-10 
EMBARGO  2028-11-10 
OZI JUMADILA
EMBARGO  2028-11-10 
EMBARGO  2028-11-10 
Pandemi COVID-19 yang disebabkan oleh penularan severe acute respiratory
syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) telah berdampak luas pada kesehatan dan
ekonomi dalam skala global. Virus yang menyebar secara cepat ke seluruh dunia,
mengalami beberapa kali mutasi, dan menyebabkan angka kematian yang tinggi
khususnya pada penyebaran SARS-CoV-2 varian Delta. Berbagai platform vaksin
dikembangkan dan sudah diberikan di seluruh dunia, sebagai upaya untuk menangani
pandemi dan untuk memberikan proteksi dan pencegahan infeksi. Pengembangan
platform vaksin yang terjangkau dan mudah diakses diperlukan untuk memberikan
proteksi jangka panjang terhadap COVID-19 dan penyakit lain yang disebabkan oleh
penyebaran virus.
Beberapa platform vaksin COVID-19 yang sudah dikembangkan adalah vaksin virus
yang dilemahkan, vaksin virus yang diinaktivasi, vaksin protein subunit, vaksin DNA,
vaksin mRNA, dan vaksin vektor virus. Kandidat vaksin berbasis protein subunit
merupakan yang paling banyak dikembangkan yaitu 59 dari 183 kandidat vaksin
dalam fase uji klinis. Beberapa vaksin COVID-19 berbasi protein subunit yang sudah
digunakan yaitu Novavax, Zifivax (ZF2001), COVAX-19, MVC-COV1901, dan
Corbevax. Vaksin protein subunit memiliki beberapa kelebihan, yaitu kemampuannya
untuk menstimulasi respon imun humoral dan seluler, tidak menginfeksi, dan memiliki
efek samping yang ringan. Vaksin protein subunit memerlukan adjuvan untuk
meningkatkan respon imun, memerlukan kapasitas produksi besar, dan memerlukan
cold chain untuk proses penyimpanan dan distribusi.
Beberapa vaksin protein subunit menggunakan antigen receptor binding domain
(RBD). RBD merupakan bagian dari protein spike SARS-CoV-2 yang memiliki peran
penting pada infeksi virus. RBD berinteraksi dengan reseptor angiotensin converting
enzyme 2 (ACE2) manusia pada awal proses internalisasi virus ke dalam sel inang.
RBD dapat merangsang sistem imun untuk menghasilkan antibodi netralisasi yang
dapat menghambat interaksi virus dengan ACE2. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa RBD dimer, RBD trimer, dan RBD multimer menghasilkan antibodi netralisasi
yang lebih tinggi dibanding RBD monomer.
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan kandidat vaksin berbasis protein subunit
RBD multimer. RBD multimer dikembangkan dengan melakukan fusi genetik gen
pengkode protein RBD dengan gen pengkode peptida ?-annulus (Bann) dari tomato bushy stunt virus (TBSV). Peptida Bann dari TBSV diketahui dapat membentuk virus
like nanocapsule, sehingga fusi protein dapat menghasilkan Bann-RBD multimer.
Pemodelan molekul Bann-RBD multimer dilakukan secara in silico, konstruksi gen
pengkode Bann-RBD ditambahkan pada vektor ekspresi pPICZ?A untuk sistem
ekspresi Pichia pastoris X-33. Pemilihan sistem ekspresi ini didasarkan karena P.
pastoris X-33 diketahui dapat mengekspresikan protein rekombinan dalam jumlah
berlebih dan memiliki modifikasi pasca translasi agar protein memiliki pelipatan yang
sesuai. Protein Bann-RBD hasil ekspresi dimurnikan dengan teknik kromatografi
afinitas ion logam, lalu dilakukan karakterisasi protein secara biokimia, biofisika, dan
dilakukan studi imunogenisitas.
Pengembangan kandidat vaksin protein Bann-RBD multimer melibatkan beberapa
tahap penelitian. Pada tahap awal, pemodelan struktur protein Bann-RBD multimer
secara in silico untuk mendapatkan rancangan fusi peptida Bann dan protein RBD yang
sesuai dengan orientasi RBD mengarah ke permukaan protein multimer. Analisis
prediksi epitop protein Bann-RBD terhadap sel B dan sel T dilakukan secara in silico
untuk mengetahui potensi protein Bann-RBD dalam menghasilkan respon imun.
Berikutnya, konstruksi gen pengkode Bann-RBD pada vektor ekspresi pPICZ?A
untuk sistem ekspresi P. pastoris X-33. Selanjutnya dilakukan optimasi produksi,
produksi protein, dan pemurnian protein Bann-RBD rekombinan menggunakan teknik
kromatografi afinitas dengan resin Ni-NTA.
Karakterisasi biokimia dan biofisika yang dilakukan meliputi analisis SDS-PAGE,
analisis deglikosilasi dengan enzim Endo-Hf, penentuan urutan asam amino dan
analisis glikopeptida menggunakan LC-MS/MS. Berikutnya penentuan ukuran
molekul protein Bann-RBD multimer menggunakan DLS dan TEM. Selanjutnya
dilakukan studi antigenisitas untuk mengetahui interaksi protein Bann-RBD dengan
antibodi spesifik. Studi imunogenisitas dilakukan dengan penyuntikan protein Bann
RBD dengan dan tanpa penambahan adjuvan Alum-CpG kepada mencit BALB/c
sebanyak tiga kali dengan interval 21 hari. Studi awal toksisitas protein Bann-RBD
dilakukan secara in silico dan dilanjutkan dengan pengamatan berat badan, suhu, dan
lokasi penyuntikan vaksin. Respon imun dari serum mencit dianalisis dengen ELISA
indirect dan dilakukan uji netralisasi dengan ELISA kompetitif.
Pemodelan molekul protein menunjukkan struktur Bann-RBD 60-mer dengan Bann
berada pada bagian dalam dan RBD ditampilkan pada bagian luar protein multimer.
Model protein ini menampilkan antigen RBD secara berulang pada bagian luar protein
menyerupai infeksi alami untuk memaksimalkan respon imun. Analisis prediksi epitop
terhadap reseptor sel B menunjukkan tujuh epitop yang tiga diantaranya berada pada
bagian luar protein Bann-RBD multimer yaitu memiliki urutan asam amino
VIAWNSNNLDSKVG,
ERDISTEIYQAGSKPCNGVEGF,
and
GFQPTNGVGYQPYR. Analisis prediksi epitop terhadap reseptor sel T menghasilkan
22 epitop yang dapat berikatan dengan MHC I dan lima epitop yang dapat berikatan
dengan MHC II.
Rancangan fusi gen pengkode Bann dan RBD diinsersikan pada vektor ekspresi
pPICZ?A. Protein Bann-RBD berhasil diekspresikan pada P. pastoris X-33, telah
didapatkan kondisi produksi yang optimum, dan telah dimurnikan. Ukuran protein Bann-RBD berdasarkan analisis SDS-PAGE sekitar 45 kDa yang merupakan protein
Bann-RBD monomer terglikosilasi. Analisis penentuan urutan peptida menggunakan
LC-MS/MS dapat mengonfirmasi urutan asam amino Bann-RBD yang diekspresikan
oleh P. pastoris X-33 sesuai dengan rancangan protein. Analisis deglikosilasi dengan
pemotongan glikan menggunakan enzim Endo-Hf menghasilkan protein Bann-RBD
berukuran sekitar 28 kDa yang mendekati berat molekul teoretisnya. Analisis
glikopeptida menggunakan LC-MS/MS menunjukkan adanya tiga macam N
glikopeptida yang terikat pada Asn343 pada urutan protein RBD, yaitu oligomannosa
HexNAc(2)Hex(4-12), serta glikan terfosforilasi HexNAc(2)Hex(6-12)Phospho(1) dan
HexNAc(2)Hex(7-13)Phospho(2) yang sesuai dengan glikan yang umum ditemukan
pada protein rekombinan dari P. pastoris.
Protein Bann-RBD diamati dapat membentuk protein Bann-RBD multimer secara
spontan dengan diameter sekitar 50 nm yang diketahui melalui analisis DLS dan
dikonfirmasi dengan pengamatan TEM. Studi antigenisitas menunjukkan protein
Bann-RBD murni dikenali sangat kuat oleh antibodi IgG manusia anti-spike S1 SARS
CoV-2 dibandingkan dengan protein RBD yang tidak dimodifikasi. Studi awal
toksisitas menunjukkan bahwa protein Bann-RBD tidak bersifat toksik, penyuntikan
protein Bann-RBD tidak menyebabkan demam, tidak ada penurunan berat badan
mencit yang signifikan, dan tidak ada respon edema maupun eritema pada lokasi
penyuntikan.
Studi immunogenisitas menunjukkan bahwa penyuntikan Bann-RBD dengan
penambahan adjuvan Alum-CpG dapat meningkatkan respon imun humoral mencit
BALB/c secara signifikan dengan minimal dua kali penyuntikan dalam selang waktu
21 hari. Antibodi yang dihasilkan memiliki interaksi yang sangat kuat dengan antigen
S1-spike SARS-CoV-2. Uji netralisasi secara in vitro menggunakan competitive
enzyme immunoassay menunjukkan serum mencit yang divaksinasi dengan protein
Bann-RBD-Alum-CpG dapat menginduksi pembentukkan antibodi netralisasi yang
potensial terhadap SARS-CoV-2. Pengembangan protein Bann-RBD multimer yang
diekspresikan pada P. pastoris X-33 ini merupakan kandidat yang potensial untuk
pengembangan vaksin COVID-19.
Perpustakaan Digital ITB