APRIJAS GHIYAS SETIAWAN
EMBARGO  2028-11-05 
EMBARGO  2028-11-05 
APRIJAS GHIYAS SETIAWAN
EMBARGO  2028-11-05 
EMBARGO  2028-11-05 
APRIJAS GHIYAS SETIAWAN
EMBARGO  2028-11-05 
EMBARGO  2028-11-05 
APRIJAS GHIYAS SETIAWAN
EMBARGO  2028-11-05 
EMBARGO  2028-11-05 
APRIJAS GHIYAS SETIAWAN
EMBARGO  2028-11-05 
EMBARGO  2028-11-05 
APRIJAS GHIYAS SETIAWAN
EMBARGO  2028-11-05 
EMBARGO  2028-11-05 
APRIJAS GHIYAS SETIAWAN
EMBARGO  2028-11-05 
EMBARGO  2028-11-05 
APRIJAS GHIYAS SETIAWAN
EMBARGO  2028-11-05 
EMBARGO  2028-11-05 
APRIJAS GHIYAS SETIAWAN
EMBARGO  2028-11-05 
EMBARGO  2028-11-05 
Haloasam dehalogenase (HAD) merupakan salah satu superfamili enzim terbesar
yang terdiri dari beberapa kelas enzim dengan hidrolase sebagai kelas yang paling
dominan. HAD hidrolase terdiri atas subkelas fosfatase dan dehalogenase, masing
masing mengatalisis reaksi hidrolisis gugus fosfat dan gugus halogen dari substrat.
L-2-haloasam dehalogenase (L-2-HAD) merupakan satu-satunya anggota HAD
subkelas dehalogenase yang telah banyak dipelajari dan telah berhasil
dikarakterisasi dari beberapa spesies bakteri lokal. Aplikasi utama L-2-HAD adalah
untuk bioremediasi senyawa haloasam rantai pendek, salah satunya adalah asam
monokloroasetat (MCA). Di lain pihak, HAD fosfatase dari bakteri lokal belum
pernah dikarakterisasi. HAD fosfatase dapat digunakan dalam sistem multi enzim
untuk biokonversi glukosa menjadi berbagai gula langka (rare sugar) seperti silitol,
tagatosa, dan allulosa. Ketiga monosakarida tersebut merupakan pemanis rendah
kalori untuk menurunkan insiden obesitas, hiperlipidemia, hipertensi, dan diabetes.
Penelitian sebelumnya telah berhasil mengkarakterisasi enzim HAD Bcfd1 dari B.
cereus Indb1 yang memiliki aktivitas dehalogenase terhadap MCA. Analisis
struktur menunjukkan Bcfd1 memiliki kemiripan dengan HAD fosfatase PDB
1NRW dari B. subtilis, sehingga diduga Bcfd1 juga memiliki aktivitas fosfatase dan
merupakan HAD fosfatase. Namun, superposisi Bcfd1 dengan HAD fosfatase PDB
1NRW menunjukkan Bcfd1 kehilangan beberapa residu di ujung-N yang
membentuk struktur ?-sheet. Pensejajaran residu asam amino Bcfd1 dengan
beberapa HAD fosfatase lain juga menunjukkan bahwa Bcfd1 kehilangan tujuh
residu penting di ujung-N, termasuk Asp7 yang merupakan residu katalitik HAD
fosfatase. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan kloning gen hadbc dan
konstruksi gen hadbc7 dari B. cereus ITB1. Gen hadbc7 mengkode Hadbc dengan
tambahan tujuh residu asam amino di ujung-N (Hadbc7) untuk mengevaluasi
pengaruh segmen tersebut terhadap aktivitas fosfatase. Penelitian dimulai dengan
melakukan isolasi DNA kromosom B. cereus ITB1. Spesies bakteri yang digunakan
dikonfirmasi
menggunakan metode ribosomal DNA typing dengan
mengamplifikasi dan menentukan urutan basa gen 16S rRNA. Setelah spesies
bakteri terkonfirmasi merupakan B. cereus, primer didesain untuk amplifikasi gen
hadbc dan hadbc7 menggunakan polymerase chain reaction (PCR). Gen hadbc
diamplifikasi dengan primer Fr (5’-GCAGAATTCATGGATGGAACACTACTAT
C-3’) dan Rv (5’-GCGAAGCTTTTATTTACTAGATGAAGTTT-3’), sedangkan gen hadbc7 diamplifikasi dengan primer Fr7 (5’-CATATGAAATTAATCGCATTA
GAT-3’) dan Rv. Primer Fr7 akan menempel pada urutan DNA kromosom 21 basa
lebih upstream dari penempelan primer Fr sehingga Hadbc7 akan membawa
tambahan tujuh residu asam amino di ujung-N. Gen hadbc dan hadbc7 selanjutnya
diklon ke pGEM-T dengan sel inang E. coli TOP10 untuk perbanyak dan disubklon
ke pET-30a dengan sel inang E. coli BL21(DE3) untuk ekspresi. Konfirmasi
keberadan plasmid rekombinan di masing-masing sel inang dilakukan dengan PCR
koloni, isolasi plasmid rekombinan, dan analisis restriksi. Selanjutnya ekspresi gen
hadbc dan gen hadbc7 dalam sel inang E. coli BL21(DE3) akan memberikan
ekstrak kasar enzim Hadbc dan Hadbc7. Ekstrak kasar kedua enzim tersebut
digunakan untuk menentukan aktivitas fosfatase menggunakan substrat p-nitrofenil
fosfat (pNPP) dan adenosin monofosfat (AMP) serta aktivitas dehalogenase
menggunakan substrat MCA. Urutan gen hadbc dan gen hadbc7 ditentukan
menggunakan metode Sanger. Urutan gen yang diperoleh digunakan untuk
mendeduksi urutan asam amino Hadbc dan Hadbc7 serta memprediksi struktur tiga
dimensinya. Stabilitas substrat pNPP, AMP, dan MCA dalam situs katalitik Hadbc7
dipelajari melalui studi komputasi penambatan molekul (docking) dan simulasi
dinamika molekul (MD). Hasil analisis ribosomal DNA typing menunjukkan bahwa
spesies bakteri yang digunakan memiliki kekerabatan terdekat dengan B. cereus
strain LP13_RH08. Gen hadbc dan hadbc7 masing-masing memiliki ukuran 852
bp dan 873 bp. Protein Hadbc dan Hadbc7 di dalam ekstrak kasar enzim masing
masing memiliki ukuran ~39 kDa dan ~33 kDa. Hadbc memiliki ukuran yang lebih
besar karena membawa residu tambahan His-tag, S-tag, thrombin site, dan
enterokinase site. Hadbc dan Hadbc7 memiliki aktivitas dehalogenase yang sangat
rendah, tetapi keduanya memiliki aktivitas fosfatase yang tinggi. Hadbc7 memiliki
aktivitas spesifik fosfatase yang jauh lebih tinggi dibandingkan Habdc. Aktivitas
spesifik fosfatase Hadbc dan Hadbc7 masing-masing adalah 0,0051 ± 0,0034 U/mg
dan 0,0496 ± 0,0183 U/mg pada 30 oC dan pH 5 untuk substrat pNPP, serta 0,0023
± 0,0018 U/mg dan 0,0271 ± 0,0113 U/mg pada 30 oC dan pH 7 untuk substrat
AMP. Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan tujuh residu asam amino di
ujung-N berperan penting pada aktivitas fosfatase. Hadbc7 termasuk fosfatase yang
bergantung pada kofaktor ion magnesium (Mg2+). Tanpa penambahan ion Mg2+,
aktivitas spesifik fosfatase Hadbc7 hanya 12,6% dibandingkan dengan penambahan
5 mM ion Mg2+. Simulasi MD mendukung hasil uji aktivitas dengan substrat pNPP
dan AMP memiliki stabilitas yang lebih tinggi dibandingkan substrat MCA selama
simulasi MD. Ion Mg2+ berperan dalam menjaga stabilitas dan orientasi substrat
terlihat dari nilai energi bebas pengikatan yang berkontribusi paling besar.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa Hadbc dan
Hadbc7 dari B. cereus ITB1 merupakan enzim HAD subkelas fosfatase.
Perpustakaan Digital ITB