digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Permintaan global terhadap bijih nikel laterit terus meningkat seiring pertumbuhan industri kendaraan listrik dan smelter bijih nikel. Namun, variabilitas kadar nikel dalam endapan laterit menimbulkan tantangan besar dalam pemenuhan spesifikasi teknis smelter. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara komparatif metode penambangan konvensional dan selective mining pada tambang nikel laterit di Indonesia, dengan fokus pada probabilitas pemenuhan spesifikasi kadar nikel minimum untuk kebutuhan smelter bijih nikel, total biaya penambangan, serta profitabilitas proyek nikel laterit. Karakteristik geologi endapan nikel laterit yang sangat heterogen, serta keberadaan elemen pengotor seperti rasio SiO?/MgO, menjadi tantangan utama dalam menjaga konsistensi dan kualitas pasokan bijih. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data sekunder dari wilayah IUP PT XYZ di Pulau Gebe, Maluku Utara. Evaluasi probabilitas pada metode konvensional dilakukan melalui simulasi Monte Carlo untuk memodelkan distribusi kadar nikel. Estimasi biaya dilakukan berdasarkan pendekatan berbasis aktivitas penambangan, sedangkan profitabilitas sesuai dengan kelayakan ekonomi dianalisis menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF) dengan parameter Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PBP). iii Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode selective mining memiliki probabilitas pemenuhan kadar Ni ? 1,6% yang lebih tinggi dan risiko penalti kualitas yang lebih rendah dibandingkan metode konvensional. Meskipun biaya penambangan selective mining lebih tinggi (USD 21,41/ton) dibandingkan metode konvensional (USD 20,81/ton), metode selective mining mencatat revenue USD 43,980,000 dan net income ±USD 13,3 juta/tahun, sedangkan metode konvensional dengan revenue USD 28,920,000 dan net income ±USD 4,4 juta/tahun, metode selective mining menghasilkan nilai NPV sebesar USD 63,273,311 dan IRR sebesar 24,4% dengan periode pengembalian investasi (PBP) selama 1 tahun 8 bulan. Sebaliknya, metode konvensional menghasilkan NPV sebesar USD 37,207,819 dan IRR sebesar 12,57% dengan PBP selama 3 tahun 7 bulan. Dengan demikian, metode selective mining dinilai lebih unggul secara teknis dan ekonomis, serta direkomendasikan sebagai strategi penambangan yang lebih berkelanjutan dan sesuai dalam memenuhi kebutuhan spesifik smelter nikel laterit.