digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia berada dipertemuan empat lempeng besar bumi. Lokasi gempa sering terjadi. Tahun 2004, Aceh dilanda gempa yang disusul tsunami. Hal ini mengakibatkan korban jiwa dan kerugian sangat tinggi. Kerugian yang setara 12% APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) akan sangat berat untuk ditanggung pemerintah sendiri. Pembiayaan Risiko Bencana (PARB) menjadi strategi nasional untuk memberikan solusi inovatif dana penanggulangan bencana, khususnya tahap pascabencana yang sulit dianggarkan. PARB akan merumuskan kebijakan risiko yang akan ditahan sendiri, dibagi atau ditransfer berdasarkan frekuensi dan kerugiannya. Pembangunan model risiko bencana skala nasional sangat penting dilakukan agar menghasilkan kebijakan yang optimal dan dapat dipertanggungjawabkan. IRBI (Indeks Risiko Bencana Indonesia) tahun 2013 adalah kajian risiko bencana skala nasional pertama yang digunakan sebagai rujukan kebijakan nasional PRB (Pengurangan Risiko Bencana). Kajian tersebut belum memperhitungkan keterpaparan, sehingga potensi kerugian yang dilengkapi frekuensi belum disajikan. Tahun 2019, GEM (Global Earthquake Model Foundation) membangun global seismic risk model yang menghasilkan potensi kerugian untuk bangunan, namun kebutuhan pendanaan pascabencana untuk stimulan rumah rusak belum diperhitungkan. Model global juga belum memperhitungkan kerugian akibat gempa magnitudo di bawah 5,5 yang dampaknya signifikan di Indonesia. Oleh karena itu, pembangunan model risiko bencana di Indonesia sangat penting untuk mempertimbangkan keterbaruan terkait nilai stimulan rumah terpapar, indeks kemahalan wilayah, resolusi spasial keterpaparan, GMPE (Ground Motion Prediction Equation) logic tree dan SM (Source Model) logic tree, sehingga model menghasilkan exceedance probability curve dan average annual loss map pada level nasional, provinsi dan kabupaten/kota yang valid untuk kebijakan PARB terkait kebutuhan dana stimulan rumah rusak akibat gempa di Indonesia. Kajian ini dimulai dengan analisis keterpaparan menggunakan metode downscaling exposure model. Tahap ini menghasilkan model keterpaparan stimulan rumah rusak terdampak gempa di Indonesia pada unit spasial level desa/kelurahan dengan total nilai 5,66 kuadriliun rupiah. Tahap berikutnya melakukan analisis risiko gempa menggunakan metode event-based seismic risk model, sehingga menghasilkan peta bahaya, exceedance probability curve dan average annual loss map. Average annual loss level nasional adalah 5,86 triliun IDR (409 juta USD) dengan rasio sebesar 0,1035% terhadap total nilai keterpaparan. Tahap ketiga melakukan peninjauan hasil model terhadap model bahaya dari Pusgen (2017) yang menunjukkan kesesuaian dan terhadap model risiko dari GEM (2019) yang relatif lebih tinggi. Tahap terakhir melakukan validasi model dengan metode historical event loss validation terhadap kejadian Gempa Cianjur. Hasilnya diperoleh MAPE (Mean Absolute Percentage Error) sebesar 3,0%. Hal tersebut menunjukkan bahwa model valid untuk digunakan melakukan estimasi kebutuhan dana stimulan dengan resolusi spasial level kabupaten/kota. Model risiko bencana ini memiliki akurasi yang baik untuk melakukan estimasi risiko dana stimulan akibat gempa hingga level kabupaten/kota. Kajian ini diharapkan menjadi acuan pengembangan untuk keterpaparan dan bahaya lainnya sehingga kebijakan PARB di Indonesia dapat lebih optimal dan komprehensif.