digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tambang bawah tanah Kubang Cicau, PT ANTAM UBPE Pongkor, direncanakan untuk maju hingga ke elevasi 350 mdpl. Namun, pengembangan ke level yang lebih dalam ini berpotensi menghadapi tantangan serius akibat masuknya airtanah (GW inflow) yang diduga dalam jumlah signifikan, terutama karena keberadaan zona rekahan dan patahan yang bersifat permeabel. Besarnya debit GW inflow berpotensi meningkatkan beban kerja sistem dewatering yang pada akhirnya akan berdampak pada kenaikan biaya operasional dan penurunan efisiensi tambang. Penelitian ini dilakukan melalui penggabungan dua metode, yaitu pengembangan metode Romero dkk. (2015) dan penggunaan model Lane (1964). Metode Romero dkk. (2015) dikembangkan untuk mengoptimasi biaya sistem dewatering, dalam hal desain sump dan operasi pemompaan. Dengan melakukan optimasi sistem dewatering, maka dapat dihasilkan biaya pengelolaan airtanah yang minimum untuk kemudian dimasukkan ke dalam model Lane (1964) sebagai salah satu komponen di dalam biaya penambangan untuk mengevaluasi sejauh mana pengaruh kendala airtanah dalam proses penambangan yang diukur melalui parameter keekonomian, yaitu cut-off grade (CoG). Model Lane (1964) diaplikasikan dengan menggunakan kadar logam Au dan Ag. Hasil akhir penelitian menunjukkan bahwa optimasi sistem dewatering hanya mampu menurunkan biaya penambangan sebesar 0.06% dari total biaya penambangan tahunan sehingga kedalaman penambangan yang optimal tetap berada pada level 420 sesuai dengan perencanaan PT ANTAM UBPE Pongkor.