Tambang bawah tanah Kubang Cicau, PT ANTAM UBPE Pongkor, direncanakan
untuk maju hingga ke elevasi 350 mdpl. Namun, pengembangan ke level yang lebih
dalam ini berpotensi menghadapi tantangan serius akibat masuknya airtanah (GW
inflow) yang diduga dalam jumlah signifikan, terutama karena keberadaan zona
rekahan dan patahan yang bersifat permeabel. Besarnya debit GW inflow berpotensi
meningkatkan beban kerja sistem dewatering yang pada akhirnya akan berdampak
pada kenaikan biaya operasional dan penurunan efisiensi tambang. Penelitian ini
dilakukan melalui penggabungan dua metode, yaitu pengembangan metode Romero
dkk. (2015) dan penggunaan model Lane (1964). Metode Romero dkk. (2015)
dikembangkan untuk mengoptimasi biaya sistem dewatering, dalam hal desain sump
dan operasi pemompaan. Dengan melakukan optimasi sistem dewatering, maka dapat
dihasilkan biaya pengelolaan airtanah yang minimum untuk kemudian dimasukkan ke
dalam model Lane (1964) sebagai salah satu komponen di dalam biaya penambangan
untuk mengevaluasi sejauh mana pengaruh kendala airtanah dalam proses
penambangan yang diukur melalui parameter keekonomian, yaitu cut-off grade (CoG).
Model Lane (1964) diaplikasikan dengan menggunakan kadar logam Au dan Ag. Hasil
akhir penelitian menunjukkan bahwa optimasi sistem dewatering hanya mampu
menurunkan biaya penambangan sebesar 0.06% dari total biaya penambangan tahunan
sehingga kedalaman penambangan yang optimal tetap berada pada level 420 sesuai
dengan perencanaan PT ANTAM UBPE Pongkor.
Perpustakaan Digital ITB