COVER Selmi Fiqhi Khoiriah
EMBARGO  2028-11-05 
EMBARGO  2028-11-05 
BAB 1 Selmi Fiqhi Khoiriah
EMBARGO  2028-11-05 
EMBARGO  2028-11-05 
BAB 3 Selmi Fiqhi Khoiriah
EMBARGO  2028-11-05 
EMBARGO  2028-11-05 
BAB 4 Selmi Fiqhi Khoiriah
EMBARGO  2028-11-05 
EMBARGO  2028-11-05 
BAB 5 Selmi Fiqhi Khoiriah
EMBARGO  2028-11-05 
EMBARGO  2028-11-05 
Kanker payudara merupakan jenis kanker paling umum ditemui di Indonesia
dengan 66.271 (16,2%) kasus baru pada tahun 2022. Perawatan dan pengobatan
konvensional seperti operasi pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi telah
dilakukan dalam upaya penanganan kanker payudara. Akan tetapi, pengobatan
tersebut memiliki risiko toksisitas yang tinggi dan efisiensi yang rendah. Karena
hal tersebut, berbagai studi telah dilakukan untuk mencari alternatif dalam
perawatan serta pengobatan kanker payudara, salah satunya melalui imunoterapi
dengan penggunaan vaksin berbasis peptida seperti vaksin multiepitop. Vaksin
multiepitop ini dapat berpotensi sebagai kandidat vaksin yang kuat karena
menggabungkan berbagai epitop imunogen. Protein human epidermal growth
factor receptor 2 (HER2) dan carcinoembryonic antigen related cell adhesion
molecule 6 (CEACAM6) dapat dijadikan sebagai target dalam pengembangan
vaksin kanker payudara HER2 positif karena ekspresinya yang berlebih. Meskipun
HER2 telah dipelajari secara ekstensif sebagai target vaksin, CEACAM6 masih
kurang dieksplorasi. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan didesain kandidat
vaksin terapeutik multiepitop dari protein HER2 dan CEACAM6 untuk kanker
payudara secara in silico melalui pendekatan imunoinformatik. Kandidat vaksin
akan diseleksi berdasarkan epitop yang non-toksik, non-alergen, serta bersifat
imunogen, diuji sifat fisikokimia, interaksi dengan sel imun, serta diprediksi
kontruksi plasmidnya. Berdasarkan analisis level ekspresi gen, gen ERBB2 (HER2)
dan CEACAM6 ditemukan dalam ekspresi yang tinggi pada kanker payudara HE2+
dibanding sub-tipe lainnya. Dari protein tersebut dibuat dua kandidat vaksin
berdasarkan hasil seleksi menggunakan web yang berbeda. Vaksin 1 didesain
berdasarkan web NetMHCPan yang memiliki 2 epitop CTL dan 5 epitop HTL,
sementara vaksin 2 dibuat berdasarkan web IEDB dengan 5 epitop CTL dan 12
epitop HTL. Masing-masing epitop CTL ini dihubungkan oleh linker AAY dan
epitop HTL oleh linker GPGPG. Kombinasi epitop-epitop kandidat vaksin tersebut
mampu mencakup sebesar 95,76% untuk populasi Indonesia pada vaksin 1 dan
100% pada vaksin 2. Kedua desain vaksin memiliki sifat kelarutan yang baik
dengan sel inang yang cocok untuk proses ekspresi pada E. coli dan urutan yang
bebas dari fitur protein transmembran. Struktur sekunder dan tersier hasil
pemodelan dari setiap kandidat vaksin didominasi oleh coil dan sheet. Tidak adanya
struktur yang membentuk heliks terjadi karena vaksin memiliki beberapa residu prolin yang bersifat sebagai helix breaker. Dari struktur 3D vaksin ini, diidentifikasi
sebanyak 5 epitop sel B linear dan 5 epitop sel B diskontinu untuk vaksin 1.
Sementara pada vaksin 2 terdapat 9 epitop sel B linear dan 6 sel B diskontinu.
Simulasi penambatan dan dinamika molekul terhadap vaksin dengan TLR-4
dilakukan untuk mengevaluasi stabilitas serta interaksi dengan reseptor.
Berdasarkan studi dinamika molekul, vaksin 1 memiliki kestabilan struktur yang
lebih baik dibandingkan vaksin 2, tetapi secara termodinamika keduanya memiliki
energi yang hampir setara. Perhitungan MM-GBSA menghasilkan energi bebas
ikatan sebesar –153,69 ± 21,75 kkal/mol pada vaksin 1 dan –145,30 ± 22,83
kkal/mol pada vaksin 2. Namun, vaksin 2 memiliki kestabilan energi lebih baik
pada kondisi tersolvasi dibanding vaksin 1. Hasil simulasi sistem imun kedua
vaksin menunjukkan kemampuan dalam memicu respons imun humoral dan
seluler, serta keduanya berpotensi sebagai agen terapeutik dalam pengobatan
kanker payudara. Meskipun keduanya memiliki potensi, vaksin 2 diprediksi dapat
menginduksi respons imun lebih kuat dibanding vaksin 1. Kedua vaksin berhasil
dilakukan kloning secara in silico ke dalam plasmid pET-30a(+) dengan sisi retriksi
NdeI dan HindIII dan diprediksi memiliki ekspresi yang baik pada E. coli. Oleh
karena itu, secara keseluruhan vaksin 2 dapat menjadi kandidat kuat yang
berpotensi sebagai vaksin multiepitop terapeutik untuk kanker payudara HER2+.
Berdasarkan temuan tersebut, perlu dilakukan studi lebih lanjut terkait ekspresi
protein, kestabilan, keamanan, serta efektivitas kandidat vaksin berdasarkan studi
in vitro dan in vivo.
Perpustakaan Digital ITB