Industri konstruksi merupakan sektor penting dalam perekonomian di banyak negara, namun karena karakter intrinsik industri ini hingga kini masih menghadapi tantangan produktivitasnya yang relatif rendah. Di sisi lain, perkembangan teknologi informasi (TI) saat ini membuka peluang industri ini menjadi lebih baik. Organisasi konstruksi yang mampu memanfaatkan TI secara tepat dan mengelola risiko dalam lingkungan yang cepat berubah akan memiliki keunggulan untuk bertahan dan berkembang secara berkelanjutan. Guna mendukung konstruksinya, di negara-negara maju telah melakukan berbagai upaya guna mentransformasi industri ini melalui pengembangan sistem informasi (SI) terintegrasi berskala nasional. Sejumlah inisiatif pengembangan SI terintegrasi telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun sektor swasta. Hadirnya Undang-undang Jasa Konstruksi No. 2 tahun 2017 (UUJK No. 2-2017) yang mengamanatkan pentingnya keberadaan sebuah SI terintegrasi membuka peluang bagi peningkatan kinerja dan produktivitas konstruksi Indonesia. Dalam mewujudkan integrasi SI agar berdampak positif industri dibutuhkan pendekatan yang komprehensif, perubahan paradigma serta kolaborasi yang kuat antar pemangku kepentingan.
Di Indonesia saat ini belum tersedia framework yang dapat dijadikan sebagai panduan bagi para pemangku kepentingan konstruksi dalam pengembangan SI terintegrasi agar selaras dengan kebutuhan bisnis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan framework Sistem Informasi Terpadu Industri Konstruksi Indonesia (SITIKI). Metode penelitian dilakukan dengan pendekatan gabungan kualitatif dan kuantitatif, pengumpulan data melalui kuesioner, Focus Group Discussion (FGD), dan wawancara semi terstruktur, sedangkan untuk pemilihan respondennya dengan metode purposive sampling. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan Relative Importance Index (RII), content analysis, dan Structural Equation Modeling (SEM). Guna memastikan framework ini dapat diimplementasi, framework SITIKI dilengkapi dengan panduan penerapan dan diuji coba pada salah satu pemangku kepentingan.
Penelitian ini menghasilkan framework yang terdiri dari lima komponen utama, lingkungan bisnis, lingkungan organisasi, integrasi SI, keselarasan SI-bisnis, dan dampak SI bagi organisasi/industri, yang tersusun secara konseptual dalam tiga konfigurasi utama: antecedents, integration constructs, dan impact. Selain itu, hasil
analisis menunjukkan bahwa kondisi SI di industri konstruksi Indonesia saat ini belum sepenuhnya terintegrasi. Faktor integrasi sosio-teknik, standarisasi, serta koordinasi dan kolaborasi masih menjadi tantangan utama sektor ini. Dari hasil validasi empiris menunjukkan bahwa framework ini relevan, valid, dan dapat diimplementasikan. Penelitian ini juga merekomendasikan kolaborasi erat antara pemerintah, industri, dan akademisi, di mana pemerintah perlu menyediakan regulasi dan infrastruktur TI yang memadai, industri memperkuat kapasitas TI dan kepemimpinan, serta akademisi mendorong riset serta advokasi kebijakan SI terintegrasi. Framework SITIKI dirancang khusus untuk sektor konstruksi, sehingga memiliki sifat berbeda dengan framework yang telah ada di Indonesia saat ini seperti The Open Group Architecture Framework (TOGAF) yang bersifat generik, dan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang spesifik untuk sektor publik. Pendekatan framework SITIKI bersifat multi-disiplin sehingga dapat menangkap kompleksitas dan keragaman makna dari integrasi SI.
Perpustakaan Digital ITB