Gelombang internal merupakan fenomena oseanografi yang terbentuk akibat perbedaan kerapatan air laut dan dapat berdampak signifikan terhadap keselamatan aktivitas bawah laut. Selat Lombok, sebagai jalur utama Arus Lintas Indonesia (ARLINDO), memiliki kondisi stratifikasi dan topografi dasar laut yang mendukung pembentukan gelombang internal. Namun, studi kuantitatif mengenai dimensi gelombang internal masih terbatas, terutama yang berbasis penginderaan jauh radar. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan proses kerja semi-otomatis dalam mengidentifikasi dan mengestimasi dimensi gelombang internal dari citra Sentinel-1. Proses ini mencakup tahapan filtering citra, pengambilan sampel penampang, dekomposisi sinyal menggunakan Ensemble Empirical Mode Decomposition (EEMD), fitting kurva soliton dengan regresi polinomial, dan pengukuran panjang serta jarak antar soliton menggunakan jarak normal dan Hausdorff. Data diambil dari citra Sentinel-1 pada periode sekitar tenggelamnya KRI Nanggala 402 yaitu pada April 2021. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan ini mampu mengidentifikasi hingga 11 soliton dengan panjang maksimum 72.5 km dan jarak antar soliton hingga 7.8 km. Kombinasi circular sampling dan regresi polinomial orde tiga terbukti menghasilkan estimasi paling akurat dibandingkan pendekatan lain. Dibandingkan metode konvensional pendekatan ini lebih efisien, tidak memerlukan anotasi manual, dan dapat diterapkan untuk skala regional sehingga dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut seperti analisis oseanografi atau identifikasi otomatis. Kebaruan penelitian ini terletak pada integrasi EEMD dan pendekatan geometrik dalam kerangka semi-otomatis berbasis citra radar. Metode yang dikembangkan diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan teknik observasi laut serta dapat digunakan untuk mendukung pemodelan dan mitigasi risiko oseanografi.
Perpustakaan Digital ITB