ARDINE ZADA ALZENA
EMBARGO  2028-08-07 
EMBARGO  2028-08-07 
ARDINE ZADA ALZENA
EMBARGO  2028-08-07 
EMBARGO  2028-08-07 
ARDINE ZADA ALZENA
EMBARGO  2028-08-07 
EMBARGO  2028-08-07 
ARDINE ZADA ALZENA
EMBARGO  2028-08-07 
EMBARGO  2028-08-07 
ARDINE ZADA ALZENA
EMBARGO  2028-08-07 
EMBARGO  2028-08-07 
ARDINE ZADA ALZENA
EMBARGO  2028-08-07 
EMBARGO  2028-08-07 
Salah satu metode untuk memisahkan suatu analit dari komponen-komponennya
adalah dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan suatu metode pemisahan
dan penentuan kadar suatu komponen berdasarkan luas puncak ataupun tinggi
puncak yang dihasilkan. Pada proses pemisahannya, analit dan fasa gerak dialirkan
ke dalam suatu kolom yang berisi fasa diam. Pemisahan yang terjadi didasarkan
pada interaksi analit dengan fasa diam dan fasa geraknya. Umumnya, fasa diam
yang digunakan pada KCKT berbasis silika atau polimer. Namun, pengembangan
fasa diam sintetik berbasis polimer terus dilakukan untuk memperoleh material
dengan sifat tertentu, seperti kestabilan kimia dan kemampuan selektif yang lebih
baik. Dalam penelitian ini, telah disintesis fasa diam disintesis dari
3-trimetoksisililpropil metakrilat (TMSPMA) dan divinilbenzena (DVB)
menghasilkan Poli(TMSPMA-ko-DVB). TMSPMA dipilih karena memiliki gugus
alkena yang reaktif untuk polimerisasi. DVB berfungsi sebagai agen pengikat silang
untuk membentuk struktur jaringan polimer yang stabil. Inisiator benzoil peroksida
(BPO) digunakan untuk memulai proses polimerisasi radikal bebas. Untuk
meningkatkan sifat hidrofobik dari fasa diam, polimer yang telah disintesis
kemudian dimodifikasi menggunakan metil trimetoksisilan (MTMS) menghasilkan
poli(TMSPMA-ko-DVB)-metil. Modifikasi ini bertujuan untuk menghasilkan
permukaan fasa diam yang bersifat hidrofobik sehingga dapat memisahkan analit
dengan polaritas berbeda secara lebih efisien. Karakterisasi fasa diam dilakukan
menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) dan Scanning
Electron Microscope (SEM). FTIR menunjukkan keberhasilan sintesis
poli(TMSPMA-ko-DVB) dan poli(TMSPMA-ko-DVB)-metil dengan adanya
serapan khas gugus C–H alifatik (2922 cm?1), C–H aromatik (3020 cm?1), C=C
aromatik khas benzena (1617 cm?1), dan Si-O (1091 cm?1). Sementara itu, hasil
SEM menunjukkan partikel berbentuk sferis dengan ukuran antara 2,04–2,78 µm,
mendekati ukuran ideal untuk fasa diam dalam KCKT. Fasa diam
poli(TMSPMA-ko-DVB)-metil kemudian diuji kinerjanya dalam memisahkan
campuran analit berupa parasetamol, p-hidroksiasetofenon oksim, dan
p-hidroksiasetofenon. Ketiga senyawa ini dipilih karena p-hidroksiasetofenon dan p-hidroksiasetofenon oksim berturut-turut merupakan senyawa antara atau
pengotor dalam sintesis parasetamol. Penggunaan kolom komersial berbasis silika
tidak selalu mampu memisahkan ketiganya secara efektif, sehingga perlu
dikembangkan fasa diam alternatif. Fasa diam hasil sintesis telah dikemas ke dalam
kolom berukuran 100 mm × 4,6 mm dan digunakan untuk pemisahan menggunakan
dua jenis eluen, yaitu campuran asetonitril:air dan metanol:air, dengan laju alir
1 mL/menit. Hasil optimasi menunjukkan bahwa elusi gradien menghasilkan
pemisahan terbaik. Pada penggunaan eluen asetonitril:air, diperoleh resolusi 1,64
dan selektivitas 2,49 antara parasetamol dan p-hidroksiasetofenon oksim, serta
resolusi 2,59 dan selektivitas 3,29 antara p-hidroksiasetofenon oksim dan
p-hidroksiasetofenon. Jumlah pelat teoritis yang diperoleh menunjukkan efisiensi
kolom yang cukup baik: 121,5 untuk parasetamol; 44,4 untuk p-hidroksiasetofenon
oksim; dan 130,0 untuk p-hidroksiasetofenon. Selain itu, diperoleh nilai R2 sebesar
0,9956 untuk parasetamol; 0,9820 untuk p-hidroksiasetofenon oksim; dan 0,9956
untuk p-hidroksiasetofenon pada rentang konsentrasi 20 – 100 ppm Sementara itu,
pada penggunaan eluen metanol:air, diperoleh resolusi 1,07 dan selektivitas 2,99
antara parasetamol dan oksimnya, serta resolusi 1,80 dan selektivitas 2,74 antara
oksim dan p-hidroksiasetofenon. Jumlah pelat teoritis yang diperoleh adalah 40,7;
14,4; dan 151,6 berturut-turut untuk parasetamol, p-hidroksiasetofenon oksim, dan
p-hidroksiasetofenon. Kurva kalibrasi yang dihasilkan pada rentang konsentrasi
20–100 ppm menunjukkan linieritas yang sangat baik, dengan nilai koefisien
determinasi
(R2) sebesar 0,9901 untuk parasetamol; 0,9955 untuk
p-hidroksiasetofenon oksim; dan 0,9977 untuk p-hidroksiasetofenon . Hasil ini
menunjukkan bahwa fasa diam poli(TMSPMA-ko-DVB)-metil berpotensi tinggi
untuk digunakan sebagai alternatif dalam pemisahan analit menggunakan KCKT.
Perpustakaan Digital ITB