Perpustakaan Digital ITB

Indonesia saat ini dihadapkan pada peningkatan kasus kriminalitas anak yang semakin memprihatinkan. Sebagai negara hukum, anak-anak di bawah umur yang berkonflik dengan hukum tetap harus menjalani masa hukumannya di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Berbeda dengan lembaga pemasyarakatan pada umumnya, LPKA mengedepankan prinsip restorative justice, yang menitikberatkan pada pemulihan dan reintegrasi sosial dibandingkan pembalasan. Namun, peningkatan jumlah anak yang terlibat tindak criminal setiap tahunnya, memunculkan pertanyaan tentang keefektifan penerapan restorative justice dalam menghadapi anak berkonflik dengan hukum (ABH). Hal ini menandakan perlunya penyesuaian baru pada sistem pembinaan yang diterapkan di LPKA. Salah satu permasalahan mendesak adalah tingginya kasus tindak pidana narkotika pada anak, yang menempati peringkat ketiga terbanyak di antara jenis tindak pidana lainnya. Sayangnya, LPKA saat ini belum dilengkapi dengan fasilitas rehabilitasi narkotika khusus untuk anak, terutama karena keterbatasan biaya dalam pengelolaannya. Akibatnya, anak-anak yang membutuhkan rehabilitasi harus menjalani proses tersebut di lembaga pemasyarakatan umum, tanpa mempertimbangkan kebutuhan usia maupun kondisi mental mereka. Untuk mengatasi hal ini, perlu dirancang sebuah LPKA dengan pendekatan kontemplatif yang mengintegrasikan fasilitas rehabilitasi narkotika khusus anak. Pendekatan kontemplatif diterapkan melalui elemen desain yang memfasilitasi refleksi diri dan penyembuhan, sehingga anak binaan dapat mengelola emosi mereka dengan baik dan berfokus pada pertumbuhan positif. Dengan integrasi ini, diharapkan LPKA dapat mendukung pemulihan ABH, khususnya tindak pidana narkotika, secara lebih efektif dengan menyeimbangkan hak pembinaan, pembimbingan, pengawasan, pendampingan, pendidikan dan pelatihan, serta pemenuhan hak rehabilitasi.