digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tumbuhan suku Lauraceae secara tradisional digunakan untuk pemberi rasa dan aroma. Tanaman suku Lauraceae memiliki komponen minyak atsiri yang diisolasi dengan menggunakan metode distilasi uap. Minyak atsiri tersebut memiliki aktivitas antibakteri, antioksidan, antipruritis, antiseptik, dekongestan, dan karminatif. Tumbuhan suku Lauraceae belum banyak dilakukan pengkajian terkait aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab acne vulgaris. Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi dan menguji komponen minyak atsiri, mengoptimasi parameter laju alir, jarak jarum ke kolektor, serta tegangan dalam formula nanofiber, serta menguji aktivitas antibakteri minyak atsiri tumbuhan suku Lauraceae untuk dibuat menjadi nanofiber yang mengandung minyak atsiri. Isolasi minyak atsiri dilakukan dengan metode distilasi uap. Pengujian meliputi pemeriksaan rendemen minyak atsiri dari kelima tumbuhan suku Lauraceae masing-masing bagian kulit batang dan daun, karakterisasi komponen minyak atsiri kelima tumbuhan suku Lauraceae masing-masing bagian kulit batang dan daun dengan instrumen GC- MS. Kemudian diuji aktivitas antibakteri minyak atsiri dengan metode mikrodilusi. Agar minyak atsiri menjadi matriks obat yang memiliki aktivitas yang baik maka dibuat dalam formulasi nanofiberdengan metode electrospining, dan diuji pemeriksaan aktivitas antibakteri minyak atsiri kelima tumbuhan suku Lauraceae masing-masing bagian kulit batang dan daun serta formula nanofiber terhadap bakteri patogen penyebab jerawat yaitu Cutibacterium acnes, S. epidermidis, dan S. aureus dengan menggunakan metode difusi agar. Berdasarkan rendemen dan konsentrasi hambat mininum dan konsentrasi bunuh minimum minyak atsiri kelima tumbuhan suku Lauraceae kulit batang dan daun, ditentukan satu minyak atsiri terpilih yang akan dilanjutkan dibuat ke dalam nanofiberdengan metode electrospinning. 5 Electrospinning ini dapat dipengaruhi oleh parameter larutan seperti: kekentalan larutan, konduktivitas larutan dan tegangan permukaan, parameter proses seperti: laju alir (flowrate), tegangan dan jarak antar jarum dan kolektor, serta parameter lingkungan seperti: suhu dan kelembapan. Sehingga, diperlukan optimasi agar diperoleh nanofiberyang memiliki karakteristik yang baik. Hasil penelitian minyak atsiri kelima tumbuhan suku Lauraceae kulit batang diperoleh rendemen minyak atsiri dari C. sintoc 0,02 %, N. cassia 0,03 %, C. burmannii 0,1 %, C. verum 0,1 %, C. camphora 0,1 %. Sedangkan pada bagian daun diperoleh rendemen C. burmannii 0,11 %, C. verum 0,68 %, C. sintoc 0,075 %, N. cassia 0,03 %, dan C. camphora 2,95 %. Daun C. camphora mempunyai kandungan minyak atsiri paling besar. Hasil uji GC-MS bagian kulit, komponen senyawa yang dominan dalam C. camphor yaitu kamper 91,92 %; C. verum mengandung eugenol 89,64 %; C. sintoc, 1,6-octadien-3-ol,3,7-dimetil.linalool 81,52 %; N. cassia, ?-citronellol 15,39 %; dan C. burmannii, ?-terpinen 29,30 %. Pada minyak atsiri bagian daun dan kulit batang, aktivitas antibakteri tertinggi dengan KHM dan KBM <0,39 µg/mL terhadap C.acnes diberikan oleh N.cassia. Aktivitas antibakteri terhadap S.epidermidis diberikan oleh minyak atsiri kulit batang C.verum dan daun C.burmannii. Sedangkan aktivitas antibakteri terhadap S.aureus ditunjukkan oleh minyak atsiri kulit batang C.verum dan daun N.cassia dan C.burmannii. Berdasarkan rendemen yang tinggi, maka dalam pembuatan nanofiberdengan metode electrospinning, selanjutnya minyak atsiri yang dipilih bagian daun C.camphora. Pembuatan nanofiberdengan bantuan polimer poliacrylonitrile (PAN) dan minyak atsiri daun C. camphora diperoleh nanofiberyang memiliki ukuran diameter seragam <500 nm. Daya hambat dan daya bunuh antibakteri dari minyak atsiri lima tumbuhan suku Lauraceae memiliki potensi yang kuat, dengan efektivitas tertinggi pada bagian daun terutama dari C.verum dan N. cassia. Minyak atsiri daun C.camphora berhasil dienkapsulasi ke dalam nanofiberberbasis PAN menggunakan metode electrospinning, membentuk serat berukuran nano dengan karakteristik morfologi dan gugus fungsi yang ideal. Diameter hambat formula nanofiberF2 dengan metode difusi cakram, formula nanofibermenunjukkan aktivitas antibakteri lemah terhadap bakteri penyebab jerawat seperti S.epidermidis, S.aureus, dan C.acnes.