Tumbuhan suku Lauraceae secara tradisional digunakan untuk pemberi rasa dan aroma.
Tanaman suku Lauraceae memiliki komponen minyak atsiri yang diisolasi dengan
menggunakan metode distilasi uap. Minyak atsiri tersebut memiliki aktivitas antibakteri,
antioksidan, antipruritis, antiseptik, dekongestan, dan karminatif. Tumbuhan suku Lauraceae
belum banyak dilakukan pengkajian terkait aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab
acne vulgaris. Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi dan menguji komponen minyak
atsiri, mengoptimasi parameter laju alir, jarak jarum ke kolektor, serta tegangan dalam formula
nanofiber, serta menguji aktivitas antibakteri minyak atsiri tumbuhan suku Lauraceae untuk
dibuat menjadi nanofiber yang mengandung minyak atsiri. Isolasi minyak atsiri dilakukan
dengan metode distilasi uap.
Pengujian meliputi pemeriksaan rendemen minyak atsiri dari kelima tumbuhan suku Lauraceae
masing-masing bagian kulit batang dan daun, karakterisasi komponen minyak atsiri kelima
tumbuhan suku Lauraceae masing-masing bagian kulit batang dan daun dengan instrumen GC-
MS. Kemudian diuji aktivitas antibakteri minyak atsiri dengan metode mikrodilusi. Agar
minyak atsiri menjadi matriks obat yang memiliki aktivitas yang baik maka dibuat dalam
formulasi nanofiberdengan metode electrospining, dan diuji pemeriksaan aktivitas antibakteri
minyak atsiri kelima tumbuhan suku Lauraceae masing-masing bagian kulit batang dan daun
serta formula nanofiber terhadap bakteri patogen penyebab jerawat yaitu Cutibacterium acnes,
S. epidermidis, dan S. aureus dengan menggunakan metode difusi agar.
Berdasarkan rendemen dan konsentrasi hambat mininum dan konsentrasi bunuh minimum
minyak atsiri kelima tumbuhan suku Lauraceae kulit batang dan daun, ditentukan satu minyak
atsiri terpilih yang akan dilanjutkan dibuat ke dalam nanofiberdengan metode electrospinning.
5
Electrospinning ini dapat dipengaruhi oleh parameter larutan seperti: kekentalan larutan,
konduktivitas larutan dan tegangan permukaan, parameter proses seperti: laju alir (flowrate),
tegangan dan jarak antar jarum dan kolektor, serta parameter lingkungan seperti: suhu dan
kelembapan. Sehingga, diperlukan optimasi agar diperoleh nanofiberyang memiliki
karakteristik yang baik.
Hasil penelitian minyak atsiri kelima tumbuhan suku Lauraceae kulit batang diperoleh
rendemen minyak atsiri dari C. sintoc 0,02 %, N. cassia 0,03 %, C. burmannii 0,1 %, C. verum
0,1 %, C. camphora 0,1 %. Sedangkan pada bagian daun diperoleh rendemen C. burmannii
0,11 %, C. verum 0,68 %, C. sintoc 0,075 %, N. cassia 0,03 %, dan C. camphora 2,95 %. Daun
C. camphora mempunyai kandungan minyak atsiri paling besar. Hasil uji GC-MS bagian kulit,
komponen senyawa yang dominan dalam C. camphor yaitu kamper 91,92 %; C. verum
mengandung eugenol 89,64 %; C. sintoc, 1,6-octadien-3-ol,3,7-dimetil.linalool 81,52 %; N.
cassia, ?-citronellol 15,39 %; dan C. burmannii, ?-terpinen 29,30 %.
Pada minyak atsiri bagian daun dan kulit batang, aktivitas antibakteri tertinggi dengan KHM
dan KBM <0,39 µg/mL terhadap C.acnes diberikan oleh N.cassia. Aktivitas antibakteri
terhadap S.epidermidis diberikan oleh minyak atsiri kulit batang C.verum dan daun
C.burmannii. Sedangkan aktivitas antibakteri terhadap S.aureus ditunjukkan oleh minyak atsiri
kulit batang C.verum dan daun N.cassia dan C.burmannii.
Berdasarkan rendemen yang tinggi, maka dalam pembuatan nanofiberdengan metode
electrospinning, selanjutnya minyak atsiri yang dipilih bagian daun C.camphora. Pembuatan
nanofiberdengan bantuan polimer poliacrylonitrile (PAN) dan minyak atsiri daun C. camphora
diperoleh nanofiberyang memiliki ukuran diameter seragam <500 nm.
Daya hambat dan daya bunuh antibakteri dari minyak atsiri lima tumbuhan suku Lauraceae
memiliki potensi yang kuat, dengan efektivitas tertinggi pada bagian daun terutama dari
C.verum dan N. cassia. Minyak atsiri daun C.camphora berhasil dienkapsulasi ke dalam
nanofiberberbasis PAN menggunakan metode electrospinning, membentuk serat berukuran
nano dengan karakteristik morfologi dan gugus fungsi yang ideal. Diameter hambat formula
nanofiberF2 dengan metode difusi cakram, formula nanofibermenunjukkan aktivitas
antibakteri lemah terhadap bakteri penyebab jerawat seperti S.epidermidis, S.aureus,
dan C.acnes.
Perpustakaan Digital ITB