Indonesia bagian Timur terletak di zona persimpangan geodinamik regional yang penting dan dikelilingi oleh tiga sistem subduksi konvergen utama yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Kompleksitas tektonik di wilayah ini menyebabkan gempa M > 6 pada kedalaman lebih dari 100 km sering mengakibatkan kerusakan signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mencitrakan struktur kecepatan gelombang P di lapisan kerak dan mantel bumi, serta menganalisis hubungan antara gempa M > 6 pada kedalaman menengah dan dalam dengan pola subduksi di Indonesia bagian Timur. Sebanyak 69.705 gempa (terdiri dari 2.943.974 fase gelombang P) yang terekam oleh 1.185 stasiun seismik dari katalog ISC-EHB periode tahun 1964-2020 digunakan dalam analisis ini. Inversi tomografi yang dilakukan menggunakan algoritma FMTOMO dengan pendekatan Fast Marching Method untuk menghitung travel time. Pengujian resolusi dengan berbagai konfigurasi grid kecepatan menunjukkan bahwa gird berukuran 100 km × 100 km × 80 km menghasilkan resolusi yang paling optimal. Hasil pada penelitian ini dapat mencitrakan anomali kecepatan tinggi yang berasosiasi dengan slab di beberapa zona subduksi wilayah Indonesia bagian Timur. Gempa kedalaman menengah dan dalam yang terjadi di Indonesia bagian Timur berlokasi di area yang memiliki anomali kecepatan tinggi. Gempa pada kedalaman menengah di wilayah tersebut diperkirakan terjadi karena ada dehidrasi pada batuan yang diakibatkan oleh pelepasan air dari mineral-mineral hidrasi dalam lempeng yang menyebabkan kerapuhan dan pelemahan batuan di zona geser pada material ductile. Sementara itu, gempa dalam di zona anomali kecepatan tinggi diinterpretasikan sebagai hasil dari patahan transformasional akibat transformasi fasa mineral dalam lempeng mengalami perubahan struktur mineral olivin menjadi spinel yang lebih padat pada kedalaman lebih dari 400 km serta shear instability akibat perubahan fase tersebut. Selain itu hasil penelitian ini memperlihatkan adanya penujaman lempeng pada zona subduksi yang dicitrakan dengan adanya anomali kecepatan tinggi pada wilayah papua tengah yang menujam hingga kedalaman 250 km. Anomali tersebut berkaitan dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat daya dan menunjam (subduksi slab) di bawah Lempeng Benua Australia di sepanjang Palung New Guinea (New Guinea Trench)
Perpustakaan Digital ITB