digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan air irigasi adalah pemanfaatan air tanah. Sehubungan dengan itu diperlukan pertimbangan yang lebih mendalam untuk menjaga dampak negatif terhadap keseimbangan dan kelestarian sumber daya airtanah. Untuk situ perlu dipelajari pola kebutuhan airtanah dan perubahan muka air tanah akibat pemompaan, agar dapat diketahui gambaran kondisi air tanah dan dihasilkan rekomendasi produksi yang diperkenankan untuk daerah yang bersangkutan. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat. Di kecamatan ini terdapat 6 unit sumur ekplorasi dan 16 unit sumur produksi untuk irigasi, Bahan penelitian digunakan data klimatologi stasiun Padang Laban, stasiun Balai Selma dan stasiun Air Haji. Dan Uji pemompaan pada sumur bor yang dilakukan pada bulan Januari-Maret 1995. Untuk mempelajari dan memprediksi perubahan muka airtanah digunakan program permodelan airtanah (Modflow Version 3.0/1993). Jenis akuifer pada daerah penelitian adalah akuifer tertekan dengan ketebalan 16-38 meter, sedangkan transmisivitas akuifer antara 44,59-379,32 m2/hari dengan debit pemompaan maksimum 3,05-10,80 lt/dt Data kontrol yang digunakan adalah data muka airtanah basil pengukuran yang dilakukan pada bulan April 1999. Pola tanam yang digunakan berdasarkan pada perhitungan kebutuhan air irigasi terkecil adalah pola tanam padi-padi-padi dengan awal tanam Pada awal Desember, lengan kebutuhan air irigasi sebesar 10.535,30 m3/ha. Hasil simulasi menunjukkan bahwa perubahan muka airtanah terbesar terjadi pada awal September, atau pada masa tanam ketiga yang mulai dilaksanakan pada awal Agustus. Hal ini disebabkan karena mulai dari masa tanamkedua kebutuhan air irigasi cukup`besar, sedangkan pada saat yang sama curah hujan masih kecil. Hasil simulasi yang dilakukan selama lima tahun menunjukkan bahwa pada tahun pertama terjadi penurunan muka airtanah 2-2,5 meter, sedangkan pada tahun kedua 0,5-1 meter dan pada tahun ketiga penurunan muka airtanah kecil dui 0,25 dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun keempat muka airtanah sudah mulai tetap. Dan hasil penelitian ini disarankan bahwa luas oncoran untuk semua sumur harus dikurangi agar kebutuhan air untuk irigasi dapat terpenuhi sesuai dengan pola tanam yang dikehendaki petani.