digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Daerah penelitian terletak di Gunung Joglog, Gunung Telaga, dan daerah sekitarnya yang berada di bagian utara dari Gunung Gede-Pangrango. Daerah penelitian merupakan daerah wisata yang umum disebut sebagai “Puncak Bogor”. Peningkatan laju penduduk dan jumlah tempat wisata di daerah ini mengakibatkan peningkatan kebutuhan air. Semakin banyaknya pemukiman dan tempat wisata di daerah ini dapat mengganggu sistem hidrogeologi di daerah ini. Maksud penelitian ini adalah untuk memetakan kondisi geologi dan mengetahui sistem hidrogeologi di daerah sekitar Gunung Joglog dan Gunung Telaga. Metode penelitian yang dilakukan berupa studi literatur, pemetaan geologi, analisis geomorfologi, vulkanostratigrafi, petrografi, X-Ray Diffraction (XRD), serta hidrogeokimia. Analisis hidrogeokimia yang dilakukan adalah analisis karakteristik fisik, kandungan unsur terlarut, dan ion stabil 18O dan 2H. Hasil analisis hidrogeokimia diintegrasikan dengan data geologi untuk mengetahui sistem hidrogeologi di daerah penelitian. Geomorfologi daerah penelitian dibagi berdasarkan analisis citra dan observasi lapangan menghasilkan sembilan belas satuan geomorfologi yang didominasi oleh bentang alam pegunungan gunung api. Batas-batas dari satuan geomorfologi ini menjadi acuan untuk batas dari satuan batuan daerah penelitian. Pembagian satuan batuan didasarkan pada prinsip vulkanostratigrafi. Analisis vulkanostratigrafi menghasilkan urutan vulkanisme yang dimulai dari Khuluk Telaga, Khuluk Gegerbentang, Khuluk Masigit, dan Khuluk Gede Tua. Empat belas satuan batuan tidak resmi dengan satu buah sesar terbukti dan lima sesar diperkirakan terdapat pada daerah penelitian. Analisis petrografi dan X-Ray Diffraction (XRD) dilakukan pada batuan teralterasi pada Khuluk Gede Tua yang menghasilkan dua kelompok mineral alterasi yang mempengaruhi karakteristik fisik dan kimia air di dekatnya. Berdasarkan penelitian ini, kondisi geologi utama yang mengontrol hidrogeologi adalah bentang alam pegunungan gunung api strato di sekitar Gunung Joglog dan Gunung Telaga. Kondisi ini menyebabkan elemen hidrogeologi seperti daerah resapan berada pada daerah dengan elevasi yang lebih tinggi dan dengan kemiringan lereng yang relatif landai. Kondisi tersebut didukung oleh hasil penentuan daerah resapan dengan menggunakan analisis ion stabil 18O dan 2H. Sementara itu, daerah luahan berada pada daerah dengan elevasi yang lebih rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil analisis klorida per boron (Cl/B) dan bentuk muka air tanah di daerah penelitian. Daerah runoff berada pada daerah dengan kemiringan lereng yang curam. Pengontrol kemunculan mata air adalah kemiringan lereng dan struktur geologi sebagai jalur keluarnya air ke permukaan. Jenis akuifer dari mata air dan sumur air warga adalah batuan piroklastik yang pelamparannya sama dengan satuan batuannya. Umumnya, pola aliran air pada daerah penelitian adalah pola aliran air tanah lokal.