Daerah penelitian terletak di Gunung Joglog, Gunung Telaga, dan daerah sekitarnya
yang berada di bagian utara dari Gunung Gede-Pangrango. Daerah penelitian
merupakan daerah wisata yang umum disebut sebagai “Puncak Bogor”.
Peningkatan laju penduduk dan jumlah tempat wisata di daerah ini mengakibatkan
peningkatan kebutuhan air. Semakin banyaknya pemukiman dan tempat wisata di
daerah ini dapat mengganggu sistem hidrogeologi di daerah ini.
Maksud penelitian ini adalah untuk memetakan kondisi geologi dan mengetahui
sistem hidrogeologi di daerah sekitar Gunung Joglog dan Gunung Telaga. Metode
penelitian yang dilakukan berupa studi literatur, pemetaan geologi, analisis
geomorfologi, vulkanostratigrafi, petrografi, X-Ray Diffraction (XRD), serta
hidrogeokimia. Analisis hidrogeokimia yang dilakukan adalah analisis karakteristik
fisik, kandungan unsur terlarut, dan ion stabil 18O dan 2H. Hasil analisis
hidrogeokimia diintegrasikan dengan data geologi untuk mengetahui sistem
hidrogeologi di daerah penelitian.
Geomorfologi daerah penelitian dibagi berdasarkan analisis citra dan observasi
lapangan menghasilkan sembilan belas satuan geomorfologi yang didominasi oleh
bentang alam pegunungan gunung api. Batas-batas dari satuan geomorfologi ini
menjadi acuan untuk batas dari satuan batuan daerah penelitian. Pembagian satuan
batuan didasarkan pada prinsip vulkanostratigrafi. Analisis vulkanostratigrafi
menghasilkan urutan vulkanisme yang dimulai dari Khuluk Telaga, Khuluk
Gegerbentang, Khuluk Masigit, dan Khuluk Gede Tua. Empat belas satuan batuan
tidak resmi dengan satu buah sesar terbukti dan lima sesar diperkirakan terdapat
pada daerah penelitian. Analisis petrografi dan X-Ray Diffraction (XRD) dilakukan
pada batuan teralterasi pada Khuluk Gede Tua yang menghasilkan dua kelompok
mineral alterasi yang mempengaruhi karakteristik fisik dan kimia air di dekatnya.
Berdasarkan penelitian ini, kondisi geologi utama yang mengontrol hidrogeologi
adalah bentang alam pegunungan gunung api strato di sekitar Gunung Joglog dan
Gunung Telaga. Kondisi ini menyebabkan elemen hidrogeologi seperti daerah
resapan berada pada daerah dengan elevasi yang lebih tinggi dan dengan
kemiringan lereng yang relatif landai. Kondisi tersebut didukung oleh hasil
penentuan daerah resapan dengan menggunakan analisis ion stabil 18O dan 2H.
Sementara itu, daerah luahan berada pada daerah dengan elevasi yang lebih rendah.
Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil analisis klorida per boron (Cl/B) dan bentuk
muka air tanah di daerah penelitian. Daerah runoff berada pada daerah dengan
kemiringan lereng yang curam. Pengontrol kemunculan mata air adalah kemiringan
lereng dan struktur geologi sebagai jalur keluarnya air ke permukaan. Jenis akuifer
dari mata air dan sumur air warga adalah batuan piroklastik yang pelamparannya
sama dengan satuan batuannya. Umumnya, pola aliran air pada daerah penelitian
adalah pola aliran air tanah lokal.