Jakarta, sebuah kota dataran banjir alami, berada pada risiko tinggi bencana banjir karena kerentanannya terhadap banjir hulu, lokal, dan pasang surut. Wilayah Kemang dan Pondok Karya di Wilayah Sungai Krukut sangat rentan. Pemerintah provinsi DKI Jakarta telah membangun Waduk Brigif sebagai Pengendali Banjir Sungai /Area Luapan untuk mengurangi risiko banjir. Studi ini menggunakan data curah hujan dari tahun 2004 hingga 2021 dan menerapkan analisis hidrologi dan hidrolik, analisis tingkat risiko banjir aktual, analisis efektivitas dan efisiensi intervensi struktural, analisis potensi pengembangan infrastruktur pengelolaan air, dan analisis biaya-manfaat.
Wilayah Kemang Raya di Jakarta Selatan, sebuah pusat bisnis dengan luas daerah tangkapan 80 hektar, rentan terhadap banjir karena kategori bahaya banjir yang tinggi dan banjir Sungai Krukut. Pembangunan waduk/dam Brigif di daerah tangkapan air hulu telah mengurangi debit banjir sebesar 15% untuk curah hujan 200 mm/hari di daerah rawan banjir. Analisis indeks bahaya banjir menunjukkan penurunan tingkat bahaya banjir tinggi dari 17 RT menjadi 10 RT, dengan tingkat sedang meningkat dari 3 RT menjadi 6 RT untuk QTr150 mm, dan tingkat rendah tetap di 1 RT. Area Waduk/Sungai Brigif secara signifikan berkontribusi terhadap curah hujan di daerah tersebut.
Studi ini menyelidiki dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kondisi lahan di Pondok Karya, Jakarta, Indonesia. Menggunakan Landsat OLI 8 dan 7 dari tahun 2002 hingga 2023, penelitian ini menemukan perubahan signifikan dalam penggunaan lahan dan penggunaan lahan di Pondok Karya. Wilayah perkotaan meningkat sebesar 30%, tutupan vegetasi menurun sebesar 24%, dan debit puncak banjir Sungai Mampang meningkat sebesar 10%. Wilayah berisiko tinggi meningkat dari 42,85% menjadi 57,14%, sementara wilayah berisiko rendah menurun. Studi tersebut juga menemukan bahwa tutupan vegetasi meningkat sebesar 30%, kapasitas Sungai Mampang tidak sepenuhnya dimanfaatkan, dan risiko banjir meningkat akibat perubahan penggunaan lahan.
Reservoir Brigif di kawasan Kemang, Jakarta Selatan telah diteliti untuk mengurangi risiko banjir dan menyediakan potensi pasokan air baku untuk taman kota. Studi ini menggunakan model aliran tidak stabil HEC-HMS dan HEC-RAS 1D2D untuk menganalisis rezim hujan-
aliran dan banjir sebelum dan setelah intervensi cekungan pada Januari 2020. Hasilnya menunjukkan bahwa Waduk Brigif dapat mengurangi puncak debit banjir sebesar 19% dan risiko banjir tingkat tinggi sebesar 12%. Infrastruktur tersebut menahan sekitar 250.000 m3 aliran banjir, yang dapat digunakan untuk irigasi dan sebagai sumber air baku. Studi ini merekomendasikan pengembangan langkah-langkah non-struktural, seperti sistem peringatan dini banjir, untuk mendukung kinerja operasional infrastruktur NBS.