







Efek korelasi elektron yang kuat pada material berbasis unsur logam transisi
menyebabkan elektron-elektron dapat terikat kuat (localized) maupun bergerak
bebas (itinerant). Kedua keadaan elektron tersebut dapat menghasilkan sifat
antiferromagnetik pada sistem isolator maupun metalik. Lebih lanjut, dinamika
muatan pada material antiferromagnetik dapat memiliki perilaku yang berbedabeda, yang dapat melibatkan elektron/hole, ion, atau kerapatan elektron, bergantung
pada struktur elektroniknya. Perbedaan dinamika tersebut menghasilkan beragam
sifat fisis unik yang merupakan building blocks bagi teknologi modern. Oleh
karenanya, deskripsi akurat mengenai dinamika muatan serta mekanisme yang
mengontrolnya merupakan informasi penting untuk menentukan potensi aplikasi
suatu material.
Deskripsi dinamika muatan suatu material dapat diperoleh dengan menganalisis
spektra konstanta dielektrik ????? dan konduktivitas listrik ?????. Untuk memahami
pengaruh struktur elektronik terhadap dinamika muatan, penelitian ini mengkaji
spektra ????? dan ????? tiga material antiferromagnetik dengan sifat elektronik berbeda,
yaitu isolator ?-NaFeO2, semikonduktor La1,67Sr0,33NiO4, dan semimetal Mn3Sn.
Material-material tersebut sangat relevan untuk berbagai aplikasi praktis, namun
deskripsi mengenai dinamika muatannya belum dapat diungkapkan secara akurat.
Dinamika muatan pada ?-NaFeO2 dikaji berdasarkan analisis data struktur kristal,
sifat magnetik, dan sifat dielektrik untuk mengidentifikasi sifat ferroelektriknya.
Pengukuran difraksi neutron menunjukkan adanya struktur momen magnetik
canting di temperatur ruang. Pengukuran magnetisasi menunjukkan adanya
perubahan struktur momen magnetik di T < 120 K yang terkait dengan struktur
lokal kristal. Pengukuran polarisasi listrik dan dielektrik menunjukkan adanya dipol
listrik permanen dengan arah yang tetap. Namun, dipol listrik ini tidak terkait
dengan struktur momen magnetiknya. Selain itu, tidak diamati sifat ferroelektrik
yang jelas. Sebaliknya, dinamika muatan pada material ini didominasi oleh
konduksi H+
dan OHdi batas bulir polikristal (grain boundary) yang diaktivasi
oleh humiditas. Mekanisme ini menyebabkan adanya peningkatan nilai ?????dan ?????
tingkat humiditas lebih tinggi. Hasil ini dapat menjelaskan pengamatan sifat
ferroelektrik yang dilaporkan sebelumnya pada polikristal ?-NaFeO2. Oleh karena
itu, penelitian ini menekankan pentingnya kontrol variabel lingkungan terhadap
sifat fisis material sejenis.
Sifat dielektrik pada La1,67Sr0,33NiO4 dikaji untuk mengidentifikasi dinamika
muatan pada fase charge-density wave (CDW) dan spin-density wave (SDW).
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa konstanta dielektrik di temperatur ruang
termasuk di T ~ TCDW didominasi oleh respon elektrode kontak, sedangkan respon
intrinsik material diamati pada temperatur rendah T < TSDW setelah relaksasi
Maxwell-Wagner. Konstanta dielektrik ????? dan konduktivitas listrik ????? intrinsik
dapat dideskripsikan dengan constant phase element. Hasil analisis sifat dielektrik
bagian intrinsik sesuai dengan gambaran puddles dari SDW yang diamati dengan
menggunakan teknik scanning micro-x-ray diffraction. Hasil ini menunjukkan
adanya pengaruh dari daerah tidak homogen yang dibentuk oleh distribusi puddles
SDW terhadap hopping elektron. Lebih lanjut, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa spektroskopi dielektrik dapat digunakan untuk menginvestigasi berbagai
fase keteraturan di oksida logam transisi lainnya dengan meninjau bagian
intrinsiknya.
Reflektivitas optik semimetal Weyl Mn3+xSn1-x dikaji untuk mengidentifikasi
pengaruh efek korelasi elektron terhadap eksitasi plasmonnya. Eksitasi plasmon
pada material ini diamati di energi UV dan memiliki plasmonic loss yang rendah.
Eksitasi plasmon ini dikarakterisasi dengan nilai ????? yang kurang negatif untuk
Mn3,08Sn0,92 dan ????? positif untuk Mn3,10Sn0,90. Perbandingan antara konstanta
dielektrik hasil pengukuran dan perhitungan teoretik menunjukkan bahwa, sifat
plasmonik ini terkait dengan efek korelasi elektron. Perubahan nilai ????? dari yang
kurang negatif menjadi positif menunjukkan peningkatan kekuatan korelasi
elektron. Selain itu, penambahan atom Mn juga meningkatkan hamburan elektron.
Eksitasi plasmon dengan karakter ini disebut sebagai plasmon tidak konvensional
(unconventional plasmons). Penelitian ini juga membandingkan plasmonic loss
material Mn3Sn dengan material terkorelasi lainnya maupun material non-korelasi
dan mendapatkan kesimpulan bahwa korelasi elektron berperan penting pada
plasmonic loss. Hasil penelitian ini mengindikasikan strategi baru dan efektif untuk
mendapatkan plasmonic loss yang lebih rendah di kelompok material terkorelasi
lainnya.