digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Rizky Amalia Achsani
PUBLIC Open In Flip Book Perpustakaan Prodi Arsitektur Ringkasan

Kinerja pencahayaan ruang dalam seperti di studio arsitektur tidak hanya didasarkan pada faktor visual tetapi juga pada faktor non-visual karena dapat memengaruhi kinerja siswa. Penelitian ini membahas efek simultan dari aspek spasial (layout, zona, dan arah hadap) dan aspek temporal (jenis pencahayaan, dan waktu) dan efeknya terhadap pembentukan citra (kenyamanan visual) dan non-pembentukan citra (kesiapsiagaan). Analisis penelitian menggunakan analisis distribusi dan analisis kruskal-wallis dengan dunn test untuk memahami fenomena aspek spasial dan temporal dengan pencahayaan alami pada layout semi-tertutup dan dengan intervensi yakni menggunakan tiga jenis pencahayaan (alami, elektrik dan kombinasi) pada layout terbuka. Selain itu, dilakukan juga analisis korelasi dan Structural Equation Modelling (SEM) untuk membuat model pengetahuan kenyamaan visual dan kesiapsiagaan dengan mengukur nilai berbagai faktor yang secara langsung dan tidak langsung memengaruhi kinerja siswa di studio arsitektur seluas 17.85 x 20.85 m2. Terakhir dilakukan uji prediksi profiler untuk mengembangkan model lingkungan pencahayaan ruang studio melalui optimisasi kenyamanan visual dan kesiapsiagaan pengguna. Penelitian ini menunjukkan bahwa aspek spasial seperti layout, zona, dan arah hadap menunjukkan perbedaan nilai signifikan pada kenyamanan visual seperti iluminansi vertikal (p value <.0001), Daylight Glare Probability (DGP) (zona: p value 0.0001 dan layout dan arah hadap p value <.0001). Begitu pula pada kesiapsiagaan seperti Corralated Color Temperature (CCT) (p value <.0001), dan Equivalent Melanopic Lux (EML) (p value <.0001) menunjukkan perbedaan signifikan. Aspek temporal seperti waktu menunjukkan efek pada iluminansi vertikal (p value = 0.0076) dan EML (p value = 0.0042); sedangkan jenis pencahayaan menunjukkan efek pada iluminansi vertikal, DGP, CCT, EML (p value <.0001). Pada penggunaan pencahayaan alami, pengguna merasa nyaman dengan kenyamanan visual ruang dan pengguna sadar terhadap perubahan waktu yang berefek banyak pada persepsi kinerja pengguna. Meskipun lingkungan pencahayaan pencahayaan alami kurang baik, namun pengguna tetap dapat melaksanakan aktivitasnya dengan baik dalam ruang atas dorongan pribadi. Pada penggunaan pencahayaan elektrik, pengguna merasa nyaman dengan kenyamanan visual. Namun, tidak ada akses terhadap sumber pencahayaan alami (jendela) mengacaukan persepsi pengguna terhadap berjalannya waktu dan berpengaruh banyak terhadap kinerja pengguna. Kondisi lingkungan cahaya elektrik yang stabil dan memadai sepanjang hari membuat pengguna dapat melaksanakan aktivitas sepanjang hari namun dapat berefek negatif jangka panjang terhadap ritme biologis tubuhnya. Pada penggunaan pencahayaan kombinasi, pengguna merasa sangat nyaman dengan kenyamanan visual dan berpengaruh banyak terhadap kinerja pengguna. Selain itu, persepsi kinerja lebih banyak dipengaruhi oleh kesadaran terhadap perubahan waktu dibandingkan kesiapsiagaan pengguna. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna merasa puas dengan lingkungan pencahayaan kombinasi baik dapat melihat ke jendela maupun stabilnya distribusi cahaya, hal tersebut membuat pengguna menjadi semangat dalam melaksanakan aktivitasnya. Target optimisasi kenyamanan visual didapatkan pada maksimalnya iluminansi vertikal dan minimalnya nilai DGP, sedangkan kondisi ideal kesiapsiagaan didapatkan pada maksimalnya nilai CCT dan EML. Optimalnya kenyamanan visual dan kesiapsiagaan pada ruang dalam seperti studio didapatkan dengan menghadap dinding barat / jendela Selatan pada pagi / siang hari dengan menggunakan pencahayaan kombinasi / alami pada sisi zona perimeter selatan. Penelitian di masa mendatang dapat menggunakan metode yang lebih kuat, seperti pemodelan digital dan simulasi komputasional, untuk eksplorasi lebih lanjut dalam mempertahankan optimalnya kenyamanan visual dan kesiapsiagaan dalam ruang.