digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Amanda Revita Damanik
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Decommissioning platform lepas pantai merupakan tantangan teknis yang memerlukan perencanaan yang matang untuk memastikan operasi yang aman dan efisien. Tugas Akhir ini bertujuan untuk merancang layout lifting, konfigurasi mooring, serta melakukan analisis mooring dalam proses decommissioning Processing & Quarters Platform (PQP) dan Wellhead Platform (WHP). Desain konfigurasi dilakukan dengan sebisa mungkin meminimalisir perpindahan posisi HLV dan anchor untuk efisiensi proses lifting. Pemilihan heavy lift vessel (HLV) yang sesuai dilakukan berdasarkan kapasitas angkat, tinggi hook, dan radius lifting yang dibutuhkan. Desain dan analisis konfigurasi mooring dilakukan dengan melakukan simulasi dinamik menggunakan perangkat lunak OrcaFlex. Simulasi dilakukan dalam domain waktu dengan periode ulang gaya lingkungan sepuluh tahun dalam delapan arah mata angin. Berdasarkan respons dinamis tersebut, ditinjau hasil offset posisi HLV dan tension tali mooring pada kondisi intact, transient, dan redundancy check pada ultimate limit state (ULS) yang mengacu pada standar internasional Noble Denton 0032 “Guidelines for Moorings”. Maximum tension pada fairlead dibandingkan dengan MBL dengan hasil pada kondisi intact adalah 0.59, 0.66 dalam kondisi transient, dan 0.78 dalam kondisi redundancy check. Nilai tersebut memenuhi kriteria yang diperbolehkan, yaitu 0.6 untuk intact, 0.95 untuk transient, dan 0.8 untuk redundancy check. Maximum tension mooring pada jangkar adalah 0.91 dari MBL, memenuhi nilai allowable-nya, yaitu 1.25 pada kondisi intact. Maximum offset terjadi saat lowering PQP Upper Jacket Module sebesar 32.07 m dalam kondisi redundancy check, namun HLV dapat mempertahankan clearance terhadap struktur eksisting. Dari proses desain dan analisis yang dilakukan, dihasilkan sebelas konfigurasi optimal yang dapat memenuhi operasi lifting dan lowering PQP dan WHP yang dilakukan dalam empat belas sequence dengan total perubahan posisi HLV sebanyak 10 kali dan perubahan posisi anchor sebanyak 3 kali. Seluruh konfigurasi tersebut menjaga posisi HLV dalam radius lifting aman selama operasi dan memenuhi batasan tegangan pada tali mooring sehingga proses lifting dalam operasi decommissioning dapat berjalan dengan aman secara keseluruhan. Studi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan praktik decommissioning di perairan Indonesia dengan pendekatan berbasis simulasi yang komprehensif.