digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sejak COVID 19, banyak perusahaan afiliasi Jepang yang beroperasi di Indonesia telah mengurangi jumlah ekspatriat, dengan latar belakang meningkatnya kesadaran akan risiko dan pengurangan biaya. Melalui wawancara dengan 14 orang dari 11 perusahaan, terungkap bahwa i) peran masing-masing ekspatriat, ekspatriat yang bekerja di Indonesia, dan warga negara asal, ii) masalah yang dihadapi oleh masing-masing karyawan yang tersegmentasi, iii) tren baru untuk menyelesaikan masalah, dan iv) kemungkinan terjadinya pelampauan batas. Pengelolaan anak perusahaan lokal menjadi semakin kompleks, karena perubahan model bisnis. Berbeda dengan masa lalu, banyak perusahaan Jepang yang mengeksploitasi pasar domestik. Namun demikian, sistem manajerial dan keterampilan kantor pusat tetap sama. Komunikasi antara kantor pusat Jepang dan anak perusahaan lokal bergantung pada ekspatriat karena masalah bahasa, yang telah lama dikritik sebagai “etnosentris” dan menjadi hambatan untuk pelokalan. Makalah ini mengusulkan solusi untuk mengatasi kekurangan ekspatriat dan masalah pelokalan di afiliasi Jepang di Indonesia. Secara lebih spesifik, makalah ini berfokus pada kemungkinan adanya ekspatriat yang berinisiatif sendiri dan warga negara tuan rumah serta memeriksa apakah mereka dapat menjadi pengganti ekspatriat terorganisir.