Artocarpus J.R. Forster & J.G. Forster merupakan salah satu genus utama dari famili Moraceae. Umumnya dikenal sebagai nangka-nangkaan dan memiliki sekitar 47 spesies. Selain dikonsumsi buahnya, pemanfaatan tumbuhan dari genus Artocarpus antara lain untuk diambil kayu, kulit maupun getahnya. Masyarakat di Indonesia juga memanfaatkan tumbuhan ini untuk pengobatan tradisional. Manfaat dalam pengobatan berkaitan erat dengan kandungan metabolit sekunder tumbuhan tersebut. Genus Artocarpus diketahui mengandung senyawa flavonoid, stilbenoid, arilbenzofuran dan neolignan. Senyawa flavonoid terisoprenilasi merupakan kelompok senyawa yang utama. Artocarpus scortechinii King adalah salah satu spesies dari Artocarpus yang tumbuh di Indonesia. Sampai saat ini, hanya bagian kulit batangnya saja yang sudah diteliti kandungan kimianya. Pada penelitian ini, dengan menggunakan metode ekstraksi dan bebrapa teknik kromatografi telah diisolasi lima senyawa dari kulit akar A. scortechinii. Lima senyawa tersebut yaitu artonin E, artonin V, sikloartobiloksanton, artoindonesianin Z-5 dan 12-hidroksiartonin E. Struktur kelima senyawa tersebut ditentukan berdasarkan data spektroskopi UV, IR, 1H dan 13C NMR. Senyawa artonin V, artoindonesianin Z-5 dan 12-hidroksiartonin E untuk pertama kali diisolasi dari spesies A. scortechinii, sedangkan senyawa artonin E dan sikloartobiloksanton telah ditemukan sebelumnya dari bagian kulit batang spesies yang sama. Uji sitotoksiksitas terhadap sel murine leukemia P-388 menunjukkan bahwa empat senyawa bersifat sangat aktif dengan nilai IC50 berturut-turut untuk artonin E yaitu 0,6 μg/mL, artonin V 1,1 μg/mL, artoindonesianin Z-5 1,8 μg/mL dan 12-hidroksiartonin E 1,7 μg/mL. Artonin E merupakan senyawa yang paling aktif. Satu senyawa bersifat tidak aktif yaitu sikloartobiloksanton dengan nilai IC50 4,6 μg/mL.