







Fenomena algorithmic trading adalah suatu fenomena yang sedang marak terjadi
belakangan ini. Pesatnya perkembangan algoritma kecerdasan buatan dan
menggiurkannya berinvestasi di pasar saham membuat kebolehan algorithmic trading
dilirik, baik dari sisi akademis seperti halnya pengembangan algoritma, maupun sisi
investasi seperti halnya bisnis. Tesis ini bertujuan untuk menerapkan algoritma Deep QNetwork yang merupakan algoritma dari Deep Reinforcement Learning dan
membandingkan hasilnya dengan metode optimasi konvensional: metode DJIA dan
metode Sharpe ratio. Berbeda dari supervised- dan unsupervised- learning, reinforcement learning
bekerja dengan cara mensimulasikan sistem ke dalam dua bagian utama, yakni interasi
antara agent dan environment. Data bersumber dari Dow Jones Industrial Average,
diurutkan berdasarkan market capital, yang dibagi menjadi: training (1 Januari
2009 s.d. 31 Desember 2019); validasi (1 Januari 2020) s.d. 31 Desember 2021); dan
testing (1 Januari 2022 s.d. 14 Desember 2023). Hasil simulasi menunjukkan bahwa
penghasilan portofolio yang didapat mengungguli dua metode konvensional.
Namun perlu dicatat bahwa hasil ini tidak berlaku mutlak karena environment
yang dibuat perlu terus diperbaharui mengikuti fluktuasi pasar saham.