Industri makanan beku di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat yang didorong oleh urbanisasi dan perubahan gaya hidup konsumen. CV. XYZ sebagai UKM yang bergerak di bidang produksi makanan beku seperti otak-otak dan bakso menghadapi berbagai tantangan, seperti pertumbuhan pendapatan yang menurun, pergantian karyawan yang tinggi, ketergantungan pada pemasok di luar daerah, dan transportasi rantai dingin yang tidak memadai. Untuk mengatasi tantangan tersebut, penting untuk mengadopsi sistem yang terstruktur dan terukur yang dapat memberikan panduan yang jelas untuk peningkatan kinerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sistem manajemen kinerja berbasis pendekatan sistem manajemen kinerja berbasis pengetahuan (KBPMS) yang dapat membantu CV XYZ mengatasi tantangan tersebut. Dengan menggunakan metode penelitian campuran, data dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur dan analisis data sekunder. KBPMS dipilih karena kesederhanaan dan relevansinya dalam konteks UKM, yang mencakup tiga perspektif utama: hasil bisnis, proses internal, dan kemampuan sumber daya. Dari ketiga perspektif tersebut diperoleh 22 indikator kinerja utama. Selanjutnya, analisis terhadap indikator tersebut dilakukan dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mencari bobot antar indikator.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator seperti tingkat pertumbuhan pendapatan, tingkat keandalan pemasok, dan adopsi rantai dingin mendapat bobot tertinggi, sehingga menjadi sangat penting. Variabel-variabel tersebut sangat penting karena berdampak langsung pada tantangan utama CV. XYZ. Dengan berfokus pada indikator dengan bobot tertinggi, CV. XYZ dapat mengidentifikasi prioritas perbaikan yang berdampak paling signifikan terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian, penerapan KBPMS diharapkan dapat membantu CV. XYZ dalam mengatasi tantangan operasional, meningkatkan efisiensi kinerja, dan mencapai tujuan strategis perusahaan.