digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Shinta Oktaria Yudowaty
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

COVER Shinta Oktaria Yudowaty
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 1 Shinta Oktaria Yudowaty
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 2 Shinta Oktaria Yudowaty
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 3 Shinta Oktaria Yudowaty
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 4 Shinta Oktaria Yudowaty
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

BAB 5 Shinta Oktaria Yudowaty
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

PUSTAKA Shinta Oktaria Yudowaty
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

LAMPIRAN Shinta Oktaria Yudowaty
PUBLIC Open In Flip Book Rita Nurainni, S.I.Pus

Arus Lintas Indonesia (Arlindo) bergerak dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia dengan membawa massa air yang lebih hangat yang sebagian besar mengalir melalui Selat Makassar. Data reanalysis HYCOM berupa arus dan temperatur sepanjang tahun 2002 sampai dengan tahun 2012 digunakan untuk mengetahui besar transpor panas yang dibawa oleh Arlindo melalui Selat Makassar. Transpor panas dihitung dengan mengalikan transpor volume dengan temperatur, densitas, dan panas spesifik, dengan temperatur referensi sebesar 3,4 ºC. Perhitungan dilakukan pada dua daerah kajian yaitu sepanjang sisi utara dan selatan Selat Makassar, masing-masing sebagai jalur masuk dan jalur keluar massa air. Transpor volume dan transpor panas Selat Makassar bergerak ke arah selatan. Transpor panas maksimum berada dikedalaman 0 – 100 m dimana Arlindo kuat pada kedalaman tersebut. Transpor panas di Selat Makassar dipengaruhi oleh musim. Transpor panas rata-rata musiman paling kuat terjadi pada saat musim timur sebesar 1,09 PW di jalur masuk dan 1,05 PW di jalur keluar. Transpor panas paling lemah terjadi saat musim peralihan II sebesar 0,82 PW di jalur masuk dan 0,78 PW di jalur keluar saat musim barat. Terdapat selisih sebesar 0,03 PW dimana transpor panas masuk lebih besar. Hal ini dikarenakan variasi temperatur di jalur keluar yang lebih besar terhadap waktu. Selain itu diduga karena jalur keluar dipengaruhi oleh dinamika perairan lain yang berhubungan langsung dengan selatan Selat Makassar. Transpor panas mendapat pengaruh antartahunan yaitu El Nino dan La Nina. Pada saat El Nino baik transpor volume maupun transpor panas arah Selatan mengalami pengurangan di jalur masuk dan keluar dari Selat Makassar, namun pengaruh La Nina tidak tampak dengan jelas diduga karena puncak La Nina pada penelitian ini berada di antara musim peralihan II dan musim barat, dimana pada musim ini transpor arah selatan melemah.