Arus Lintas Indonesia (Arlindo) bergerak dari Samudera Pasifik menuju
Samudera Hindia dengan membawa massa air yang lebih hangat yang sebagian
besar mengalir melalui Selat Makassar. Data reanalysis HYCOM berupa arus
dan temperatur sepanjang tahun 2002 sampai dengan tahun 2012 digunakan
untuk mengetahui besar transpor panas yang dibawa oleh Arlindo melalui Selat
Makassar. Transpor panas dihitung dengan mengalikan transpor volume
dengan temperatur, densitas, dan panas spesifik, dengan temperatur referensi
sebesar 3,4 ºC. Perhitungan dilakukan pada dua daerah kajian yaitu sepanjang
sisi utara dan selatan Selat Makassar, masing-masing sebagai jalur masuk dan
jalur keluar massa air. Transpor volume dan transpor panas Selat Makassar
bergerak ke arah selatan. Transpor panas maksimum berada dikedalaman 0 –
100 m dimana Arlindo kuat pada kedalaman tersebut. Transpor panas di Selat
Makassar dipengaruhi oleh musim. Transpor panas rata-rata musiman paling
kuat terjadi pada saat musim timur sebesar 1,09 PW di jalur masuk dan 1,05
PW di jalur keluar. Transpor panas paling lemah terjadi saat musim peralihan
II sebesar 0,82 PW di jalur masuk dan 0,78 PW di jalur keluar saat musim
barat. Terdapat selisih sebesar 0,03 PW dimana transpor panas masuk lebih
besar. Hal ini dikarenakan variasi temperatur di jalur keluar yang lebih besar
terhadap waktu. Selain itu diduga karena jalur keluar dipengaruhi oleh
dinamika perairan lain yang berhubungan langsung dengan selatan Selat
Makassar. Transpor panas mendapat pengaruh antartahunan yaitu El Nino dan
La Nina. Pada saat El Nino baik transpor volume maupun transpor panas arah
Selatan mengalami pengurangan di jalur masuk dan keluar dari Selat
Makassar, namun pengaruh La Nina tidak tampak dengan jelas diduga karena
puncak La Nina pada penelitian ini berada di antara musim peralihan II dan
musim barat, dimana pada musim ini transpor arah selatan melemah.