Banjir di Demak dan Jepara pada Bulan Maret 2024 mengakibatkan adanya tinggi genangan mencapai 30-80 cm. Banjir yang terjadi di Kabupaten Demak diindikasikan akibat intensitas hujan yang cukup tinggi dan terjadinya banjir diakibatkan oleh jebolnya tanggul Sungai Wulan. Dampak dari jebolnya tanggul Sungai Wulan juga menyebabkan banjir di area Serang Welahan Drainage 1. SWD 1 berfungsi untuk membagi dari Sungai Wulan melalui pelimpah Goleng. Permasalahan yang terjadi adalah adanya kapasitas sungai SWD 1 (Serang Welahaan Drainase 1) yang tidak mampu menerima adanya aliran air dari saluran-saluran yang masuk ke dalam SWD 1 diakibatkan karena adanya sampah yang menyumbat saluran-saluran, adanya indikasi pendangkalan/sedimentasi di sungai SWD 1 akibat kemiringan yang relatif landai. Permasalahan utama adalah dalam proses mengalirkan air dari hulu menuju hilir saat terjadi hujan dengan intensitas dan tinggi hujan cukup tinggi,bagian hilir cukup lama untuk surut sehingga saluran-saluran inlet yang masuk ke sungai SWD 1 dengan kondisi tidak berpintu masuk ke Sungai SWD 1 sehingga terjadi limpasan banjir. Disamping itu, adanya topografi elevasi yang dimana pada bagian hilir, elevasi sawah lebih rendah daripada elevasi sungai dan dekat dengan laut. Permasalahan lain adalah belum terdapatnya pemetaan risiko banjir di wilayah tersebut. bagian hilir SWD 1 mengalami genangan akibat adanya pasang surut sehingga fokus penelitian ini adalah mengkaji Desa Tedunan (desa bagian hilir Sungai SWD 1).
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji permasalahan banjir yang ada dengan mempertimbangkan faktor pasang surut terekstrim di bagian hilir Sungai SWD 1 yang merupakan laut jawa dengan menggunakan pemodelan hidrologi dan hidrolika, melakukan perbandingan antara kondisi eksisting dan kondisi desain, memberikan solusi alternatif dan menyajikan peta risiko banjir.
Metode penelitian menggunakan pemodelan hidrologi dengan program HEC-HMS dalam menentukan debit banjir rencana periode ulang serta melakukan analisa banjir dengan menggunakan pemodelan hidrolika yaitu dalam bentuk 2D dan 1D, dalam hal menentukan risiko banjir digunakan metode analisa perhitungan risiko banjir dengan pembobotan (AHP) lalu menghitung indeks ancaman, kerentanan, kapasitas dan risiko banjir.
Solusi yang ditawarkan berupa pola operasi pintu Tedunan di bagian hilir dengan melakukan beberapa skenario buka tutup pintu, dimulai dari skenario kondisi LLWL (surut terendah -0.36), skenario kondisi MSL (+0.00) dan HHWL (+0.51) pasang tertinggi. Bukaan pintu dilakukan dari mulai 0.2 m, 0.3 m sampai dengan 0.8 m. Adapun hasil yang diperoleh dengan adanya solusi pola operasi pintu dapat mereduksi banjir eksisting sebesar 48-58%, jika dilakukan kombinasi dengan kolam detensi 320 x 320 x 3 dan pompa kapasitas 6 m3/sekon diperoleh peforma reduksi banjir sebesar 58%. Disamping itu, NBS (Nature Based Solution) dengan mengubah nilai CN menjadi lebih kecil yaitu lahan kering dapat mereduksi banjir sebesar 70.73%. Adapun indeks risiko banjir untuk 3 Desa (Setrokalangan, Dorang dan Tedunan) yang secara historis sering mengalami banjir adalah medium atau sedang, namun indeks ancaman banjir masuk kategori tinggi.