Kemacetan di terminal peti kemas sering diukur melalui waktu putar rata-rata truk
eksternal. Pengurangan waktu putar rata-rata ini dapat dicapai dengan
meningkatkan efisiensi operasi derek lapangan dan mengendalikan waktu
kedatangan truk eksternal melalui sistem reservasi truk. Mengingat keterkaitan erat
antara sistem reservasi truk dan penjadwalan derek lapangan, dikembangkan
koordinasi dari pendekatan-pendekatan tersebut untuk meningkatkan efisiensi
operasional di terminal peti kemas. Secara khusus, penelitian ini mengeksplorasi
koordinasi sistem reservasi truk dan strategi penjadwalan derek lapangan multi-
blok dan multi-derek. Dalam melaksanakan kegiatan pengambilan peti kemas oleh
derek lapangan, RTG (Rubber-Tired Gantry) dapat menempuh jarak yang jauh
sementara operator derek lapangan berupaya mengurangi waktu pergerakan
sehingga terjadi konflik. Penelitian ini memberikan kontribusi penting dengan
menghadirkan perspektif yang lebih menyeluruh dan memperkenalkan pendekatan
integratif antara terminal peti kemas dan perusahaan truk. Penelitian ini mampu
mengatasi kekurangan-kekurangan pada penelitian sebelumnya dengan
pengembangan model yang lebih terintegrasi dan adaptif, yang memungkinkan
perbaikan waktu penyelesaian truk, peningkatan pemanfaatan derek di lapangan,
serta pengurangan emisi karbon. Pendekatan ini memperkaya literatur dalam
bidang operasional terminal peti kemas dengan menyajikan model yang lebih
relevan untuk tantangan nyata di industri logistik.
Pada penelitian ini, dikembangkan metode yang menyeimbangkan tujuan individu
agen perusahaan truk (truk), agen terminal peti kemas (derek lapangan), dan agen
regulator (pemerintah) dengan mempertimbangkan tujuan kolektif untuk
meminimalkan waktu putar truk secara keseluruhan. Model simulasi berbasis agen
digunakan untuk mengevaluasi berbagai strategi penjadwalan derek lapangan dan
pendekatan sistem reservasi truk, termasuk metode sentralisasi dan desentralisasi.
Penelitian ini juga mengintegrasikan model koordinasi multi-blok dan multi-derek
untuk mencerminkan operasi terminal yang lebih nyata. Berbagai konfigurasi
sistem reservasi truk dan strategi penjadwalan derek disimulasikan untuk
menganalisis pengaruhnya terhadap indikator kinerja utama, seperti waktu putar
rata-rata, utilisasi derek lapangan, dan emisi CO2.
Strategi penjadwalan nearest-truck-first-served (NTFS) menunjukkan waktu putar
truk eksternal yang lebih rendah dibandingkan dengan strategi first-come-first-
served (FCFS) dan nearest-truck longest-waiting-time first-served (NLFS). Selain
itu, penggunaan koordinasi multi-blok dan multi-derek memungkinkan fleksibilitas
operasional yang lebih baik. Solusi terbaik yang diidentifikasi melalui pendekatan
multi-criteria decision-making (MCDM) adalah kombinasi sistem reservasi truk
desentralisasi atau Decentralized Truck Appointment System (DTAS) dengan
strategi penjadwalan derek NTFS.
Decentralized Truck Appointment System (DTAS) umumnya menghasilkan
efisiensi yang lebih tinggi dalam pengurangan emisi CO2 dibandingkan dengan
Centralized Truck Appointment System (CTAS), terutama pada tingkat kedatangan
truk yang sedang hingga tinggi. Untuk indikator kinerja yang optimal—seperti
waktu putar truk dan emisi CO2 yang lebih rendah—implementasi DTAS bersama
penjadwalan NTFS dapat memperbaiki kinerja sistem eksisting (CTAS-FCFS).
Hasil simulasi menunjukkan terdapat penurunan waktu putar sebesar 10,01%,
peningkatan efisiensi penggunaan derek lapangan sebesar 59,19%, dan penurunan
emisi CO2 sebesar 45,33% oleh kombinasi DTAS-NTFS dibandingkan dengan
kombinasi CTAS-FCFS. Penelitian ini menunjukkan potensi manfaat koordinasi
sistem reservasi truk dan strategi penjadwalan derek lapangan multi-blok dan multi-
derek dalam meningkatkan operasi terminal peti kemas.