Penelitian ini penting untuk dilakukan dengan 3 alasan mendasar. Pertama, animasi
merupakan bagian dari wacana transformasi budaya di Indonesia. Dengan
memahami bagaimana morfologi estetik animasi Indonesia dapat membantu
mengidentifikasi bagaimana budaya lokal dan asing berakulturasi dan
berinkulturasi dalam karya animasi Indonesia. Kedua, penelitian ini penting untuk
mengkaji secara mendalam sejarah perkembangan animasi Indonesia. Hingga saat
ini masih sedikit penelitian yang mengkaji tentang perkembangan animasi
Indonesia secara mendalam. Ketiga, pada tataran praktik, penemuan akan
morfologi estetik animasi Indonesia dapat dijadikan sebagai pembeda antara karya
animasi satu dengan lainnya di mata para penonton. Oleh karena itu, dari rumusan
masalah diatas dapat ditarik pertanyaan penelitian sebagai berikut:1) Bagaimana
perkembangan sejarah animasi di Indonesia?, 2) Bagaimana morfologi estetik
animasi Indonesia?, dan 3) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
perkembangan wujud estetik animasi Indonesia?
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode sejarah
& metode morfologi estetik. Metode penelitian sejarah digunakan untuk memahami
perkembangan animasi Indonesia dari masa ke masa. Sedangkan metode morfologi
dipakai untuk membantu dalam menganalisis bentuk, gaya, dan konten animasi
Indonesia. Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi,
wawancara, artefak karya animasi, dan dokumen-dokumen yang relevan. Artefak
animasi yang dianalisis adalah karya-karya animasi yang bersifat ortodox, serta
dibuat oleh studio atau kreator animasi lokal Indonesia pada rentang tahun 1982-
2023.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa sejarah animasi di Indonesia dapat
dibagi menjadi dua periode yaitu periode pertama (1952-1998) dan periode kedua
(1999-2024). Periode pertama dimulai dari masa orde lama hingga akhir orde baru.
Pada periode ini lembaga pemerintah seperti PPFN dan TVRI berperan penting
dalam pengembangan proses produksi dan distribusi animasi di Indonesia saat itu.
Periode kedua dimulai setelah masa reformasi tahun 1998. Perubahan sosial dan
politik di Indonesia pasca reformasi memberikan dorongan kreatifitas baru bagi
industri animasi Indonesia. Pemerintah Indonesia memiliki peran yang sangat besar
pada perkembangan animasi di Indonesia.
ii
Hasil analisis morfologi estetik animasi Indonesia memperlihatkan bahwa animasi
Indonesia memiliki kecenderungan mengadopsi morfologi estetik animasi Amerika
dibandingkan morfologi estetik Anime Jepang. Namun yang membedakan animasi
Indonesia dengan animasi luar negeri adalah konten-konten yang ada di dalamnya
berakar pada tradisi dan budaya lokal Indonesia. Temuan ini diperkuat dengan
ditemukannya 17 kategori budaya lokal Indonesia yang terlihat pada 6 aspek yaitu
agama dan kepercayaan, nilai-nilai & norma-norma, aktifitas keseharian, benda-
benda artefak, bahasa, dan suasana lingkungan yang ada disekitar masyarakat
Indonesia.
Perkembangan morfologi estetik animasi Indonesia diatas dipengaruhi oleh
berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor tersebut adalah dinamika
politik dan sosial yang terjadi di Indonesia, kekayaan tradisi dan budaya nusantara,
pesatnya pendidikan dan pelatihan animasi, serta adanya pengaruh preferensi minat
dari para penonton animasi. Pada aspek eksternal terdapat pengaruh yang kuat dari
dominasi animasi luar negeri yang mempengaruhi bentuk dan gaya animasi
Indonesia, serta adanya perkembangan teknologi di bidang animasi. Keenam faktor
diatas secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi perkembangan morfologi
estetik animasi Indonesia.
Terdapat 4 gaya animasi yang berkembang di Indonesia yaitu gaya animasi
Amerika, gaya animasi Anime, gaya animasi Wayang, dan gaya animasi Indie.
Sejak dekade 2010an animasi kartun Indonesia telah mulai memiliki bentuk dan
gaya yang berbeda dengan animasi Amerika. Secara khusus, gaya animasi Wayang
dan Indie dapat dikatakan sebagai embrio dari proses terciptanya gaya animasi khas
dari Indonesia, yang tercipta dari hasil proses akulturasi dan inkulturasi animasi
dengan berbagai macam bentuk tradisi dan budaya yang sudah ada di Indonesia.
Dengan demikian, perkembangan morfologi estetik animasi Indonesia ini
merupakan bentuk local jenius para kreator animasi Indonesia, sekaligus
mencerminkan upaya kreator untuk menyeimbangkan antara teknologi dan gaya
animasi global dengan pelestarian identitas budaya lokal. Dalam proses ini, kreator
animasi Indonesia menunjukkan sensitivitas terhadap dinamika sosial yang ada di
Indonesia, sekaligus menciptakan karya yang tidak hanya menarik secara visual
tetapi tetap relevan dan kompetitif di kancah internasional.