Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor bauksit dengan kebijakan hilirisasi
sebagai strategi nasional untuk meningkatkan nilai tambah komoditas. Hilirisasi
bauksit berkontribusi pada peningkatan ekspor hidrat sebesar 41,4% per tahun,
sekaligus mengurangi impor hingga 19,7%. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi
kelayakan ekonomi pembangunan pabrik pengolahan bauksit menjadi hidrat
dengan memanfaatkan metode Real Options Analysis (ROA). Metode ini
digunakan untuk melengkapi evaluasi menggunakan metode Discounted Cash
Flow (DCF), dengan mempertimbangkan ketidakpastian dari volatilitas harga
bauksit dan hidrat serta mengidentifikasi fleksibilitas dalam pengambilan
keputusan investasi.
Hasil analisis DCF menyatakan bahwa Skenario 1 (penjualan langsung bauksit)
menghasilkan NPV USD 6.044.624 dan IRR 35,93% dengan waktu pengembalian
3 tahun 8 bulan. Skenario 2 (integrasi pembangunan pabrik dan penjualan hidrat)
menyatakan NPV USD 15.313.846 dan IRR 10,90%, dengan waktu pengembalian
13 tahun 8 bulan. Metode ROA meningkatkan nilai proyek dengan option value
sebesar USD 21.575.808 pada Skenario 1 dan USD 283.187.959 pada Skenario 2
jika rencana investasi dieksekusi saat ini. Waktu tunda optimal Skenario 1 tidak
lebih dari 4 tahun untuk mendapatkan potensi keuntungan option premium sebesar
USD 49.848.926, sementara Skenario 2 memiliki proyeksi waktu tunda yang lebih
panjang untuk memaksimalkan keuntungan option premium sebesar USD
351.897.432 dan menyesuaikan strategi dengan dinamika pasar.
Risiko terbesar berdasarkan analisis sensitivitas dari faktor paling berpengaruh
terhadap NPV pada kedua skenario adalah harga jual komoditas. Dibandingkan
penjualan bauksit, pendapatan hidrat sekitar 1,7 kali lipat lebih tinggi dengan
pertumbuhan tahunan rata-rata 15,13%.