Pada overhaul Mean Inspection+ (ME+) PLTU Pacitan Unit 2, terdapat temuan pada rotor turbin HIP berupa deformasi berlebih dengan TIR maksimum 310 ?m melalui uji runout. Temuan ini mengakibatkan vibrasi tinggi pada bearing 1 dan bearing 2 pada spektrum dominan 1x RPM melebihi batas alarm. Selama ini, cacat deformasi ini diperbaiki dengan straightening menggunakan 2 metode, yaitu hotspot dan peening. Proses straightening ini mampu menurunkan nilai defleksi maksimum hingga 50 ?m dan mengatasi isu vibrasi tinggi. Proses hotspot dan peening meninggalkan bekas permanen pada rotor. Untuk itu, perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui dampak dari proses straightening ini terhadap sifat materialnya.
Metodologi penelitian yang digunakan diawali dengan studi literatur untuk mengidentifikasi parameter-parameter relevan. Selanjutnya, penelitian skala laboratorium dilakukan dengan menguji spesimen material 30Cr1Mo1V. Material diamati pada 3 kondisi yang berbeda: tanpa perlakuan, hotspot, dan peening. Spesimen dievaluasi dengan pengujian metalografi, SEM-EDS, uji kekerasan, uji tarik, dan analisis tegangan sisa.
Terdapat dua temuan utama pada pengujian ini. Pertama, ditemukan adanya kenaikan kekerasan pada spesimen hotspot naik dari 232,2 HV menjadi 383,6 HV. Kedua, pada spesimen peening, tegangan sisa yang terjadi adalah tegangan sisa sebesar 441 MPa. Keduanya hal ini berpotensi berdampak signifikan pada operasional rotor di lapangan. Perlakuan lebih lanjut terhadap spesimen peening dengan mengaplikasikan stress relief annealing pada temperature 540 ?C dapat menurunkan tegangan sisa hingga 112 MPa. Hal ini menyimulasikan kondisi operasi sebenarnya di lapangan. Diharapkan hal ini dapat menurunkan dampak negatif proses straightening di lapangan.