Sistem hunian vertikal merupakan sebuah solusi bagi populasi di perkotaan yang terus meningkat sepanjang waktu. Dengan membangun bangunan tinggi, lahan yang digunakan untuk hunian akan semakin efektif. Namun, bangunan tinggi memiliki beberapa masalah tersendiri, seperti adanya lendutan akibat beban yang bekerja pada bangunan tersebut, yang salah satunya adalah beban angin. Lendutan menjadi permasalahan apabila defleksi yang terjadi pada lendutan yang melebihi kekuatan struktur bangunan, yang akan menyebabkan kegagalan struktur. Oleh karena itu diperlukan pemantauan ketegakan bangunan untuk mendeteksi lendutan tersebut, yang bermanfaat untuk evaluasi kinerja dan kesehatan bangunan. Dalam memperkirakan respons lendutan yang terjadi pada bangunan akibat beban angin, dapat digunakan metode perhitungan Triangular-Uniform Distributed Load (TUDL). Hasil simulasi tersebut kemudian dapat digunakan sebagai data awal untuk pertimbangan penentuan metode dan alat pemantauan yang sesuai dengan kondisi dan respon dari bangunan tersebut akibat beban angin. Dalam objek penelitian kali ini di Apartemen X, Kota Bandung, hasil perhitungan simulasi TUDL memberikan hasil defleksi maksimal sampai dengan 16,97 cm ke arah Timur. Berdasarkan hasil tersebut, digunakan metode pemantauan menggunakan GNSS yang dipasang pada bagian atap bangunan, dan TLS untuk memantau respon dari segmen-segmen bangunan dibawahnya. Hasilnya menunjukkan korelasi yang sama, dimana defleksi maksimal yang terjadi mencapai 20 cm ke arah Timur. Respon ini bisa diakibatkan oleh 2 jenis angin, dimana periode harian menunjukkan adanya efek angin gunung & angin lembah. Sedangkan pengukuran dari 2 sesi yang berbeda menunjukkan respon terhadap angin muson barat & muson timur. Meskipun begitu berdasarkan SNI 03-1729-2002 tentang tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung, defleksi yang terjadi masih dalam toleransi aman, dimana maksimum defleksi yang ditoleransi adalah 55,3 cm.