digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Brilliant Kholifal Amin
PUBLIC Open In Flip Book Perpustakaan Prodi Arsitektur

Bambu merupakan material berkelanjutan dikarenakan sifat dari tanaman bambu yang dapat menghasilkan oksigen 30,73 ton/ha per tahun dan tumbuh 3-12 cm per hari. Keunggulan material bambu terdapat pada tingkat elastisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan material alami lainnya, sehingga bambu banyak digunakan sebagai material bangunan berbentuk organik. Penggunaan bambu sebagai material arch structure didominasi oleh bambu bulat yang dilengkungkan dengan metode penyayatan. Namun, penggunaan bambu bilah dalam bentuk bundled bamboo splits (BBS) sebagai struktur bangunan mulai banyak diaplikasikan karena lebih mudah dan ramah lingkungan. Walaupun demikian, literatur tentang penggunaan BBS sebagai struktur bangunan masih sangat terbatas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif-kuantitatif dengan pendekatan mix-method. Metode kualitatif digunakan untuk eksplorasi metode pelengkungan bambu berupa identifikasi bangunan bambu dari gambar dan wawancara praktisi arsitektur. Metode kuantitatif dengan pendekatan eksperimental digunakan untuk menguji BBS yang diikat dengan kawat galvanis dan steel band terhadap pembebanan. Hasil penelitian kualitatif menunjukkan bahwa jenis bambu yang digunakan berpengaruh terhadap metode pelengkungan, elemen struktur bangunan dan bagian atau fungsi struktur bangunan. Metode pelengkungan bambu yang banyak digunakan adalah metode penyayatan (V-slice) dan pengikatan (bundling). Namun, jika mengacu pada konteks praktisi arsitektur di Bali dan Lombok, metode penyayatan (v-slice/ geges/ rep-repan) lebih dominan digunakan. Bambu bulat dominan dilengkungkan dengan metode penyayatan. Bambu bilah dan lidi dominan dilengkungkan dengan metode pengikatan. Material ikat yang digunakan untuk metode pengikatan adalah kawat galvanis, pin bambu, lem epoxy, dan clamp baja dengan interval ikatan kurang dari 1 meter. Hasil uji eksperimental menunjukkan bahwa balok BBS yang diikat dengan kawat galvanis terbukti memiliki elestisitas 1,5 kali lebih baik dibandingkan dengan BBS yang diikat dengan steel band. Sementara itu, BBS yang diikat dengan steel band memiliki defleksi struktur yang lebih rendah atau lebih kaku, dengan kekakuan 16,1% lebih baik dibandingkan BBS yang diikat dengan kawat galvanis.