Beras merupakan makanan pokok dengan tingkat konsumsi yang tinggi di
Indonesia, dan tingkat konsumsinya diprediksi akan terus meningkat jika melihat
tren kenaikan populasi di Indonesia. Hal ini menjadikan beras memiliki peranan
penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Namun, fenomena yang terjadi
saat ini adalah tingkat produksi beras terus menurun. Ketidakseimbangan
kebutuhan dan suplai beras akan mengakibatkan fenomena kelangkaan yang
ditandai dengan harga beras yang terus meningkat. Perusahaan Umum (Perum)
Badan Usaha Logistik (BULOG) berperan sebagai Badan Usaha Milik Negara yang
bertugas menjaga keseimbangan kebutuhan dan suplai beras melalui impor beras
guna menjaga stabilitas harga eceran beras di pasar, di samping tujuan utamanya
untuk memperoleh keuntungan maksimal.
Penelitian ini mengembangkan model optimisasi untuk menentukan jumlah beras
yang harus diimpor oleh Perum BULOG untuk meminimalkan kenaikan harga
beras antara 2 bulan berturutan. Harga pasar beras eceran akan diprediksi di tiap
bulan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi harga beras,
di samping adanya faktor musim panen.
Penentuan jumlah impor beras dilakukan dengan terlebih dahulu memodelkan
jaringan rantai pasok beras yang dikelola Perum BULOG. Jaringan rantai pasok
beras yang dimodelkan meliputi stok beras Perum BULOG, pemasok beras Perum
BULOG yang terdiri dari pabrik penggilingan beras domestik dan negara sumber
impor, serta konsumen beras Perum BULOG. Model jaringan rantai pasok
direpresentasikan dalam bentuk model pemrograman linier dengan variabel
keputusan berupa jumlah beras yang dipasok dari negara sumber impor per bulan
dan fungsi tujuan meminimalkan tingkat kenaikan harga beras antara 2 bulan
berturutan.
Harga pasar beras eceran pada suatu bulan diprediksi menggunakan faktor-faktor
yang mempengaruhi harga pasar beras eceran, yaitu tingkat produksi padi, nilai
tukar rupiah terhadap dolar, Pendapatan Domestik Bruto (PDB) per kapita, luas
lahan pertanian, harga Gabah Kering Panen (GKP) per kg, harga Gabah Kering
Giling (GKG) per kg, jumlah beras yang dipasok dari pabrik penggilingan beras
domestik per bulan, jumlah beras yang dipasok dari negara sumber impor per bulan,
jumlah beras yang disimpan sebagai stok Perum BULOG per bulan, serta jumlah
beras yang disalurkan Perum BULOG kepada konsumen beras per bulan. Prediksi
harga pasar beras eceran dimodelkan dengan menggunakan metode machine
learning model regresi linier majemuk. Nilai dari masing-masing variabel
eksplanatori diestimasi dengan menggunakan metode yang sesuai untuk pola data
historis dari setiap variabel independen tersebut. Tingkat produksi padi, nilai tukar
rupiah terhadap dolar, luas lahan pertanian, harga GKP per kg, harga GKG per kg,
dan jumlah beras yang dipasok dari pabrik penggilingan beras domestik per bulan
diestimasi dengan menggunakan pendekatan triple exponential smoothing. PDB
per kapita diestimasi dengan menggunakan pendekatan double exponential
smoothing. Demand konsumen beras Perum BULOG diestimasi dengan
menggunakan pendekatan triple exponential smoothing, dan jumlah beras yang
disalurkan Perum BULOG kepada konsumen beras per bulan ditetapkan mampu
memenuhi kebutuhan tersebut. Stok beras Perum BULOG di akhir bulan
merupakan hasil dari penambahan stok beras Perum BULOG di awal bulan
ditambah jumlah beras yang dipasok dari pabrik penggilingan beras domestik dan
dari negara sumber impor lalu dikurangi beras yang disalurkan Perum BULOG
untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Impor beras dilakukan jika stok beras
Perum BULOG di akhir bulan kurang dari nilai batas bawah inventori strategis, dan
jumlah impor beras ditetapkan sehingga stok beras Perum BULOG di akhir bulan
minimal sejumlah batas bawah inventori strategis.
Model yang dikembangkan diuji untuk penentuan kuantitas impor beras selama 4
periode, yaitu 2020, 2021, 2022 dan 2023. Hasil uji coba model menunjukkan
bahwa tingkat kenaikan harga beras antara 2 bulan berturutan dapat dikendalikan
pada tingkat kenaikan harga maksimal berkisar di antara 0,42% – 0,53% dengan
standar deviasi berkisar di antara 0,39% – 0,53%. Nilai-nilai ini lebih rendah dari
tingkat kenaikan harga yang diharapkan, yaitu 2 – 3%. Analisis sensitivitas
dilakukan terhadap model yang dikembangkan dengan mengubah nilai batas bawah
inventori strategis. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa tingkat kenaikan
harga beras selama 2 bulan berurutan tetap dapat dikendalikan dan tidak pernah
lebih besar dari 1%.