digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Mata air dingin dan hangat di daerah Wanayasa dan sekitarnya telah dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai sumber air dalam aktivitas sehari-hari sehingga perlu dijaga kelestariannya. Penelitian mengenai kondisi geologi dan hidrogeologi sangat penting untuk tujuan konservasi sumber air, tetapi di area ini masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk memetakan kondisi geologi dan mengidentifikasi faktor geologi yang mengontrol kemunculan mata air dingin dan hangat di daerah Wanayasa dan sekitarnya. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur, analisis citra DEMNAS, pemetaan lapangan, dan analisis laboratorium terhadap sampel batuan dan air. Berdasarkan hasil analisis, geomorfologi di daerah penelitian terbagi menjadi 19 satuan. Daerah penelitian terbagi ke dalam 15 satuan batuan berdasarkan prinsip vulkanostratigrafi dan litostratigrafi. Struktur geologi yang teridentifikasi di daerah penelitian yaitu Sesar Menganan Turun Sirukem, Sesar Menganan Turun Balun, dan Sesar Naik Mrawu. Berdasarkan tipe kemunculannya, mata air pada daerah penelitian diklasifikasikan menjadi mata air depresi, rekahan, dan sesar. Mata air depresi memiliki debit <1 L/s yang berada pada tekuk lereng, sedangkan mata air yang dikontrol oleh rekahan dan sesar diklasifikasikan sebagai mata air rekahan dan sesar dengan debit >1 L/s. Daerah resapan air berada pada elevasi 1600 m berdasarkan analisis isotop 18O dan 2H. Daerah resapan berada pada kMata air dingin dan hangat di daerah Wanayasa dan sekitarnya telah dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai sumber air dalam aktivitas sehari-hari sehingga perlu dijaga kelestariannya. Penelitian mengenai kondisi geologi dan hidrogeologi sangat penting untuk tujuan konservasi sumber air, tetapi di area ini masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk memetakan kondisi geologi dan mengidentifikasi faktor geologi yang mengontrol kemunculan mata air dingin dan hangat di daerah Wanayasa dan sekitarnya. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur, analisis citra DEMNAS, pemetaan lapangan, dan analisis laboratorium terhadap sampel batuan dan air. Berdasarkan hasil analisis, geomorfologi di daerah penelitian terbagi menjadi 19 satuan. Daerah penelitian terbagi ke dalam 15 satuan batuan berdasarkan prinsip vulkanostratigrafi dan litostratigrafi. Struktur geologi yang teridentifikasi di daerah penelitian yaitu Sesar Menganan Turun Sirukem, Sesar Menganan Turun Balun, dan Sesar Naik Mrawu. Berdasarkan tipe kemunculannya, mata air pada daerah penelitian diklasifikasikan menjadi mata air depresi, rekahan, dan sesar. Mata air depresi memiliki debit <1 L/s yang berada pada tekuk lereng, sedangkan mata air yang dikontrol oleh rekahan dan sesar diklasifikasikan sebagai mata air rekahan dan sesar dengan debit >1 L/s. Daerah resapan air berada pada elevasi 1600 m berdasarkan analisis isotop 18O dan 2H. Daerah resapan berada pada kondisi litologi berupa batuan piroklastik dengan kemiringan lereng datar hingga landai. Daerah luahan dijumpai pada elevasi yang lebih rendah dengan litologi berupa endapan aluvial dan kemiringan lereng landai. Nilai TDS <100 ppm dari mata air dingin menunjukkan tidak adanya kontaminasi termal dengan tipe pola aliran lokal. Mata air hangat menunjukkan tipe pola aliran regional yang ditandai dengan nilai TDS >1000 ppm, serta kandungan unsur terlarut yang relatif lebih tinggi. Mata air hangat bersirkulasi dari utara ke selatan dengan sumber panas yang diinterpretasikan berasal dari sisa aktivitas vulkanisme Gunung Rogojembangan, kemudian keluar melalui bidang sesar.ondisi litologi berupa batuan piroklastik dengan kemiringan lereng datar hingga landai. Daerah luahan dijumpai pada elevasi yang lebih rendah dengan litologi berupa endapan aluvial dan kemiringan lereng landai. Nilai TDS <100 ppm dari mata air dingin menunjukkan tidak adanya kontaminasi termal dengan tipe pola aliran lokal. Mata air hangat menunjukkan tipe pola aliran regional yang ditandai dengan nilai TDS >1000 ppm, serta kandungan unsur terlarut yang relatif lebih tinggi. Mata air hangat bersirkulasi dari utara ke selatan dengan sumber panas yang diinterpretasikan berasal dari sisa aktivitas vulkanisme Gunung Rogojembangan, kemudian keluar melalui bidang sesar.