Kemacetan lalu lintas di Kota Administrasi Jakarta Pusat menghambat mobilitas, produktivitas, dan kualitas hidup masyarakat. Pada tahun 2019, pemerintah melakukan pembangunan jalur MRT Jakarta Fase 2A dari Stasiun Bundaran Hotel Indonesia hingga Stasiun Kota yang merupakan proyek strategi nasional. Pembangunan MRT (Mass Rapid Transit) CP201 diharapkan dapat mengatasi masalah ini, namun pembangunan tersebut menghadapi tantangan karena kondisi tanah lunak dapat menyebabkan amblesan tanah dan berpotensi memengaruhi deformasi pada terowongan bawah tanah. Desain terowongan MRTCP201 dibangun untuk waktu 100 tahun. Pemantauan amblesan tanah dengan InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar) di Kota Administrasi Jakarta Pusat menunjukkan kecepatan rata-rata sebesar 1-10 cm/tahun. Pemantauan amblesan tanah terus dilakukan untuk mengetahui kondisi amblesan yang terjadi sepanjang waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kontribusi faktor konsolidasi alamiah terhadap amblesan tanah pada jalur terowongan MRT CP201. Metode yang digunakan yaitu metode analitik menggunakan teori konsolidasi satu dimensi dan metode numerik berupa finite element. Hasil penelitian dengan metode analitik menunjukkan bahwa amblesan tanah akibat konsolidasi alamiah diprediksi berkisar antara 0,2-3,6 m dan berlangsung hingga rentang waktu maksimum amblesan yaitu 220-1983 tahun. Pada tahun ke-100, laju amblesan tanah yang terjadi mencapai sebesar 0,08-2,91 cm/tahun. Hasil analisis metode analitik dengan metode numerik memiliki korelasi yang positif dengan perbedaan kurang dari 15%. Nilai amblesan tanah pada masing-masing titik bor bervariasi dan memiliki perbedaan amblesan pada setiap titik, sehingga dapat memengaruhi deformasi pada terowongan. Analisis amblesan tanah menunjukkan perbedaan amblesan tanah di lokasi penelitian tidak memberikan dampak signifikan terhadap terowongan MRT CP201. Hasil analisis diharapkan dapat memberikan wawasan terhadap bahaya tersebut dan berkontribusi pada perkembangan kondisi geoteknik yang mendatang. Adaptasi perlu dilakukan untuk meminimalkan dampak yang dapat terjadi, seperti penataan ruang, sistem peringatan dini, pemantauan karakteristik amblesan, dan laju amblesan tanah.