Kebutuhan kayu sebagai bahan baku untuk berbagai keperluan terus meningkat. Demikian pula untuk keperluan bahan bangunan. Kayu-kayu yang beredar di pasaran sebagian besar berasal dari hutan alam yang dikelompokkan atas jenis-jenis komersial seperti kamper, bangkirai, keruing, kayu campuran (borneo). Karena kecepatan antara pemanenan dan penanaman tidak seimbang, menyebabkan pasokan kayu dari hutan alam kian menurun baik volume maupun mutunya yang mengakibatkan harga kayu menjadi relatif mahal. Akan tetapi, balok monolit memiliki keterbatasan dari segi dimensi. Sangat sulit mendapatkan balok monolit dalam dimensi yang besar. Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, melalui penelitian ini ingin dikembangkan analisis kekuatan kayu dari balok monolit dan kayu lapis. Kayu lapis ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam menangani masalah keterbatasan dimensi balok monolit. Penelitian ini akan dilakukan dalam berbagai tahapan. Pertama, melakukan pemodelan struktur rangka atap beserta spesifikasi bahannya. Setelah itu, melakukan analisis perhitungan dengan menggunakan SAP dan juga mengecek secara manual. Setelah itu, melakukan pengujian kekuatan geser kayu searah serat di laboratorium. Kemudian, melakukan studi perbandingan kekuatan geser balok monolit dan kayu lapis. Setelah dilakukan kajian, selanjutnya penulis dapat mengambil kesimpulan dari hasil penelitian tersebut. Kesimpulan yang diambil setelah dilakukan penelitian ini adalah balok monolit memiliki kekuatan yang relatif lebih besar daripada kayu lapis. Balok monolit yang berdimensi besar memiliki harga yang sangat mahal, sehingga jika akan melakukan desain balok dengan dimensi besar disarankan menggunakan kayu lapis. Akan tetapi, kayu lapis pun harus diperhatikan kerekatannya. Jangan sampai terjadi tekuk tidak bersama-sama. Salah satu perekat yang diuji dalam penelitian ini adalah paku. Ternyata paku tidak memiliki kerekatan yang sempurna, sehingga kekuatan geser kayu lapis lebih kecil daripada balok monolit.