digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Film Tarung Sarung adalah film yang mengangkat kekayaan budaya Bugis di Makassar, Indonesia. Film ini menggambarkan maskulinitas pria Bugis melalui karakter dan ornamen yang menonjolkan atribut keberanian, kekuatan, dan kehormatan. Tokoh utama dalam film ini digambarkan sebagai pemuda biasa dari kota yang berkembang seiring cerita menjadi seorang pejuang yang terampil dalam seni bela diri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis simbol maskulinitas pada ornamen budaya Bugis dalam film Tarung Sarung dan mengetahui makna dari simbol-simbol maskulinitas yang direpresentasikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode analisis semiotika Charles Sanders Peirce serta analisis teks visual berdasarkan sinematografi pada film. Metode ini dipilih karena mampu mengungkap makna mendalam dan hubungan tanda dalam elemen visual serta sinematografi film, yang relevan untuk menganalisis simbolisme dan pesan yang ingin disampaikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elemen budaya seperti sarung Lipa Sabbe melambangkan identitas dan kehormatan, Passapu menegaskan status sosial dan otoritas, sementara Badik menjadi simbol keberanian dan kekuatan. Warna merah dan kuning dalam elemenelemen ini mempertegas nilai maskulinitas hegemonik, seperti keberanian dan kemuliaan, dalam konteks budaya Bugis. Selain itu, tradisi Sigajang Laleng Lipa, yang ditampilkan dalam film, menekankan pentingnya mempertahankan harga diri dan martabat melalui simbol-simbol budaya. Film Tarung Sarung menampilkan bagaimana tradisi dan nilai-nilai maskulinitas Bugis berperan dalam membangun identitas kultural. Simbol-simbol yang ditampilkan tidak hanya menjadi representasi visual tetapi juga menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara modernitas dan tradisi dalam budaya Bugis. Penelitian ini memperkuat pemahaman tentang maskulinitas sebagai bagian integral dari relasi sosial dan nilai-nilai budaya lokal.