digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Jalan tol merupakan salah satu infrastruktur konektivitas yang memegang peran penting dalam pembangunan ekonomi dan sosial suatu negara. Adapun paradigma kontemporer terkait jalan tol saat ini tidak hanya sebatas pada fungsi perhubungan, namun dewasa kini pemenuhan aspek keberlanjutan dalam hal ini prinsip hijau juga menjadi pertimbangan dalam pembangunan dan operasional jalan tol sesuai dengan cita-cita yang tercantum dalam Sustainable Developement Goals (SDGs). Jalan Tol Hijau (JTH) adalah konsep dimana pembangunan jalan tol telah mampu mengimplementasikan sub-prinsip hijau mulai dari pelestarian lingkungan melalui penghijauan, penggunaan material ramah lingkungan, fasilitas atau peralatan hemat energi dan air serta masih banyak indikator hijau lainnya yang dibahas dalam penelitian ini. Adapun permasalahan yang diangkat dalam latar belakang penelitian ini adalah mengenai biaya yang menjadi salah satu faktor penghalang dalam mewujudkan JTH. Sehingga penelitian ini bertujuan mengungkap susunan indikator yang berpengaruh terhadap biaya dalam perwujudan JTH, kemudian mencari indikator yang memiliki dampak paling besar terhadap biaya beserta alasan ilmiah dibalik besarnya persen biaya indikator tersebut. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dengan pengambilan data melalui wawancara. Narasumber penelitian ini berasal dari 3 (tiga) kelompok yang berbeda dan telah bersedia untuk diwawancarai. Adapun kelompok narasumber penelitian ini yakni: satu anggota GIFI (Green Infrastructures and Facilities Indonesia) serta dua narasumber yang masing-masing berasal dari dua Badan Usaha Jalan Tol penerima sertifikasi Jalan Tol Hijau yang berbeda. Data yang didapat dari ketiga narasumber tersebut menunjukkan bahwa terdapat sejumlah indikator dari 5 (lima) kategori yaitu Lingkungan, Transportasi dan Masyarakat, Aktivitas Konstruksi, Material dan Sumber Daya Alam serta Teknologi Perkerasan yang memiliki persen biaya terbesar bilamana indikator tersebut dilaksanakan. Secara garis besar, hasil penelitian ini mengungkapkan sejumlah alasan universal yang menyebabkan pelaksanaan beberapa indikator tergolong berbiaya tinggi yakni: teknologi mitigasi bencana, pengolahan limbah, perlindungan flora dan fauna, reforestasi, fasilitas ramah lingkungan serta pemberdayaan masyarakat.