ABSTRAK Muhammad Khidhir Daffa Zufar
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 1 Muhammad Khidhir Daffa Zufar
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 2 Muhammad Khidhir Daffa Zufar
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 3 Muhammad Khidhir Daffa Zufar
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 4 Muhammad Khidhir Daffa Zufar
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 5 Muhammad Khidhir Daffa Zufar
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 6 Muhammad Khidhir Daffa Zufar
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
PUSTAKA Muhammad Khidhir Daffa Zufar
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
LAMPIRAN Muhammad Khidhir Daffa Zufar
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Kota-kota di seluruh dunia telah kehilangan jati dirinya, tidak terkecuali Kota Lubuklinggau.
Masyarakat menjadi malas melakukan rutinitas suntuk membosankan setiap hari tanpa jeda,
mereka hanya berputar-putar pada tempat tinggal dan tempat bekerja hingga harus
memikirkan kemana harus pergi membawa beban pikiran setelah menjalani keseharian di kota
tempat mereka hidup, tidak ada pilihan ketiga. Kawasan cantik berpotensial tidak
dimanfaatkan, lahan kosong dibangun ruko, tempat berkumpul yang sedikit menyegarkan
pikiran tidak diatur untuk menguntungkan masyarakat dengan bayaran di depan, di akhir, dan
dimana-mana, penataan tidak diatur hingga ke-semrawut-an bertebaran pada tiap sudut.
Di perkotaan negara maju, manusia disediakan ruang untuk meningkatkan kualitas hidup,
tidak berbayar, tidak bersekat, tidak bertembok, menjadi tempat yang nyaman hingga mampu
meningkatkan gairah mereka untuk menjalani rutinitas keseharian. Masyarakat bisa
berkumpul tanpa harus memikirkan latar belakang, -semua orang setara-, pada ruang tersebut
mereka bisa melepaskan semua ‘kebohongan kepribadian’, membicarakan pandangan politik
dan percintaan, berbicara mengenai apapun yang mereka mau di dalam norma masyarakat,
semua dilakukan karena mereka berhak dan layak mendapatkan ruang yang mereka butuhkan,
itulah yang disebut dengan ruang publik, ruang ketiga.
Kota Lubuklinggau memiliki sebuah stasiun kereta api yang juga memiliki sejarah besar dalam
menyambungkan peradaban perkotaan di Indonesia, namun kini keberadaan stasiun tersebut
tidak dimanfaatkan dengan baik, mungkin karena pemerintah hingga masyarakat yang tidak
menyadari seberapa berharganya 'Batu Pualam’ yang mereka punya, yang terkubur jauh di
dalamnya. Pendekatan Placemaking dengan atribut Accessible and Linkages, Comfort and
Image, Uses and Activities, dan Sociability dinilai cocok untuk diadaptasi dalam upaya
menyusun rencana ruang publik yang bersejarah di Kota Lubuklinggau.
Penelitian ini akan membahas secara general salah satu upaya bagaimana mengembalikan
citra kawasan, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat dalam produk berbentuk rencana
perancangan kawasan stasiun Kota Lubuklinggau menjadi ruang publik kota yang sesuai.