digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Minyak bumi dan gas alam tetap memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan energi, meskipun ada peningkatan penggunaan energi terbarukan. Proyek RDMP Kilang Pertamina Balikpapan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas produk kilang guna mendukung ketahanan energi nasional dan keberlanjutan produksi. Kilang Pertamina Balikpapan (KPB) memiliki banyak unit proses dan komponen kompleks yang memerlukan pemeliharaan untuk mengurangi risiko kegagalan. Namun, karena banyaknya komponen dan keterbatasan sumber daya, pemeliharaan harus diprioritaskan berdasarkan tingkat kekritisannya. Penelitian ini bertujuan menentukan tingkat kekritisan sistem fungsional dan peralatan di Unit Regenerasi Amina Kilang Pertamina Balikpapan dengan merujuk pada pedoman di KPB dan simulasi proses menggunakan Aspen HYSYS. Penentuan tingkat kekritisan dimulai dengan menetapkan batasan sistem dan sistem fungsional dari dokumen PFD, dilanjutkan dengan kajian FSCA (Functional System Criticality Assessment) untuk mengevaluasi tingkat kekritisan sistem fungsional, serta ECA (Equipment Criticality Assessment) untuk mengevaluasi tingkat kekritisan peralatan. FSCA dan ECA merupakan suatu pendekatan metodis yang bertujuan untuk mengevaluasi potensi risiko dengan mempertimbangkan dampak bisnis serta aspek keselamatan dan lingkungan yang terkait. Analisis FSCA dan ECA menggunakan Risk Assessment Matrix (RAM) untuk menentukan tingkat kekritisan aset berdasarkan kemungkinan kegagalan dan kategori konsekuensi. Kategori konsekuensi mencakup faktor ekonomi, keselamatan dan kesehatan (H&S), serta lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem fungsional di Unit Regenerasi Amina dikategorikan dalam tingkat kekritisan Ekstrem (E) dengan total konsekuensi sebesar 4,700,545 USD. Pada tingkat kekritisan peralatan, tidak ada peralatan yang dikategorikan sebagai Ekstrem (E), Tinggi (H), atau Sedang (M), tetapi 13 peralatan dikategorikan sebagai Sedang Tinggi (MH), 46 peralatan dikategorikan sebagai Rendah (L), dan 4 peralatan dikategorikan sebagai Nihil (N). Setelah penilaian FSCA dan ECA, dilakukan simulasi proses menggunakan Aspen HYSYS untuk mengevaluasi dampak perubahan parameter peralatan, seperti tekanan, dimensi kolom, bukaan katup, dan temperatur pada kualitas produk akhir. Tingkat kekritisan masing-masing peralatan kemudian ditentukan menggunakan distribusi normal. Simulasi proses menggunakan Aspen HYSYS menunjukkan bahwa tingkat kekritisan sistem fungsional di Unit Regenerasi Amina adalah Ekstrem (E), dengan nilai Risk Priority Number terbesar sebesar 3125 dan persentase relatif terhadap kondisi normal terbesar sebesar 19.672% pada Regenerator Column. Pendekatan ini memungkinkan KPB mengalokasikan sumber daya pemeliharaan secara lebih efisien dengan fokus pada komponen yang lebih kritis untuk memastikan kinerja dan keamanan optimal.