Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, menghadapi masalah sanitasi yang signifikan
karena 60% penduduknya masih melakukan praktik buang air besar sembarangan (BABS),
yang menyebabkan lumpur tinja mencemari muara Sungai Citarum secara langsung. Toilet
yang tidak terhubung dengan sistem pembuangan pipa dan pengelolaan lumpur tinja yang tidak
sesuai standar nasional menyebabkan permasalahan serius. Penggunaan Black Soldier Fly
Larvaes (BSFL) untuk mengolah lumpur tinja merupakan pendekatan inovatif guna
mengurangi volume lumpur tinja dan menghasilkan produk yang tinggi protein sebagai pakan
ternak. Akan tetapi, penggunaan lumpur tinja sebagai substrat BSFL secara langsung
menghasilkan pertumbuhan larva yang tidak optimal. Hal tersebut terjadi karena lumpur tinja
memiliki kadar nutrisi yang kurang sebagai asupan pertumbuhan larva. Dalam penelitian ini,
pengolahan lumpur tinja menggunakan BSFL diusulkan dan diuji dengan penambahan cosubstrate dari sampah perikanan (IKN) dan sampah buah pidada (PDD) yang berasal dari
untuk meningkatkan nutrisinya. Selain itu, produk dari proses ini digunakan sebagai pakan
ternak dan bahan baku kompos. Tujuh variasi substrat pakan kemudian diformulasikan, dan
sekitar 100 mg substrat/larva/hari diberikan kepada larva BSF berumur 10 hari selama 12 hari
proses pengolahan. Proses kinerja larva BSF dipantau melalui survival rate (SR), waste
reduction rate (WR), dan bioconversion rate (BCR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
substrat dengan komposisi 50% lumpur tinja dan 50% ikan (varian F1-S2) memberikan hasil
terbaik, dengan SR 92,75%, WR 41,78%, dan BCR 12,06%. Sebaliknya, penambahan buah
pidada menurunkan SR dan WR, dengan varian 50% lumpur tinja dan 50% buah pidada (F1-
S1) memberikan SR 63,17% dan WR 41,78%. Produk akhir dari proses ini perlu dilakukan
pengolahan lebih lanjut, karena BSFL sebagai pakan ternak mengandung bakteri patogen
(Salmonella dan E. coli) dan residu untuk kompos masih relatif belum matang berdasarkan
rasio C/N.