Laut tercemari karena menjadi tempat akumulasi sampah dari berbagai sumber, termasuk
plastik yang berukuran < 5 mm atau mikroplastik. Air laut yang tercemar digunakan sebagai
bahan baku pembuatan garam, sehingga mikroplastik dapat tertransportasi ke dalam garam.
Keberadaan mikroplastik dalam garam sebagai komoditas esensial bumbu universal berpotensi
tertelan dan menyebabkan gangguan kesehatan karena bahan kimia pada mikroplastik dan
kemampuannya mengadsorpsi bahan kimia Persistent Organic Pollutants (POPs) seperti
menyebabkan kanker dan kerusakan saraf. Filtrasi menjadi salah satu alternatif yang tepat
untuk diterapkan dalam proses produksi garam untuk mereduksi mikroplastik pada garam yang
dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi kelimpahan mikroplastik di air
laut dan garam dari tiga daerah penghasil garam di Jawa Tengah; mengetahui perbedaan
efektivitas penyisihan mikroplastik berdasarkan kelimpahan di sampel air garam dengan
penggunaan filtrasi single-stage dan multi-stage; serta mengetahui pengaruh variasi tekanan
terhadap flux (J), transmembrane pressure (TMP), dan efektivitas penyisihan pada konfigurasi
membrane filtrasi multi-stage. Membrane filter yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
membran mikrofiltrasi berbahan polypropylene (PP) dengan ukuran pori 1 µm dan membran
ultrafiltrasi berbahan polyvinylidene fluoride (PVDF) dengan ukuran pori 0,01 µm, yang umum
ditemui di pasar Indonesia untuk memudahkan pengaplikasian hasil penelitian. Penelitian ini
terdiri dari tiga tahapan. Tahap pertama meliputi ekstraksi dan identifikasi mikroplastik pada
sampel garam dan air laut dari tiga daerah penghasil garam serta pembuatan mikroplastik
artifisial dengan cryogenic milling yang disesuaikan dengan daerah dengan kelimpahan
tertinggi. Tahap kedua melibatkan penyusunan dan penyesuaian parameter reaktor filtrasi pada
pra-penelitian. Tahap ketiga, sebagai tahap akhir, melibatkan proses filtrasi berdasarkan variasi
konfigurasi membran filtrasi single-stage dan multi-stage serta variasi tekanan pada ultrafiltrasi
dengan mikroplastik artifisial, dengan peningkatan kelimpahan 1,5 kali dari kelimpahan
tertinggi untuk menentukan variasi tingkat penyisihan optimal. Hasil variasi optimal digunakan
untuk percobaan dengan larutan air laut dari garam daerah dengan kelimpahan tertinggi. Setiap
variasi dilakukan penggantian membran serta backwash pada membran ultrafiltrasi pada setiap
replikasi variasi. Dari tiga daerah penghasil garam di Jawa Tengah, yaitu Rembang, Pati, dan
Jepara, kelimpahan mikroplastik pada sampel garam berada pada rentang 610 – 1400 MPs/kg,
dengan Rembang sebagai daerah penghasil garam dengan kelimpahan tertinggi. Sementara itu,
rentang kelimpahan mikroplastik di air laut berada pada rentang 51,5 – 107
MPs /L. Tingkat korelasi (r) antara kelimpahan mikroplastik pada garam dan air laut menunjukkan nilai 0,8109 dengan hubungan korelasi positif yang kuat dan nilai koefisien
determinasi (r²) sebesar 65,8%. Mikroplastik yang teridentifikasi memiliki bentuk dominan
berupa line/fibers/filamen dan film/sheet, ukuran dominan 100 – 500 µm dan 750 – 1000 µm,
warna dominan hitam dan berwarna, dan dominan berpolimer PET. Hasil filtrasi dengan
mikroplastik artifisial dominan berukuran 50 – 150 µm melalui variasi konfigurasi membrane
dan variasi tekanan menunjukkan efektifitas penyisihan mikroplastik tertinggi pada variasi
multi-stage filtrasi dengan tekanan 3 bar pada membrane mikrofiltrasi dan 3,5 bar pada
membrane ultrafiltrasi hingga 89,4%. Variasi tekanan pada membran filtrasi berpengaruh
terhadap peningkatan nilai flux dan TMP yang semakin besar, namun tidak memiliki pengaruh
terhadap peningkatan efisiensi penyisihan. Efisiensi penyisihan mikroplastik pada air laut
artifisial dari Garam Rembang berkisar antara 87,23% – 90% pada variasi optimal.
Berdasarkan penelitian ini, efisiensi penyisihan dipengaruhi oleh karakteristik membran filter
dan karakteristik mikroplastik.