Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan
Penelitian ini bertujuan untuk merancang model bisnis slow fashion yang layak
bagi anak perusahaan Screamous, dengan fokus pada pemenuhan kebutuhan
konsumen dan penerapan prinsip keberlanjutan. Penelitian ini menunjukkan
bahwa industri fesyen, khususnya fast fesyen, menghadapi tantangan besar terkait
dampak lingkungan dan sosial. Sebagai respons terhadap permasalahan ini, slow
fashion muncul dengan pendekatan yang menekankan kualitas, daya tahan, dan
produksi yang berkelanjutan. Meskipun Screamous telah meluncurkan beberapa
produk slow fashion, realisasi keuntungan dari produk-produk ini belum mencapai
target yang diharapkan, yang diduga disebabkan oleh ketidaksesuaian antara
proporsi nilai yang ditawarkan dan yang diinginkan konsumen.
Penelitian ini mengidentifikasi bahwa ketidaksesuaian tersebut disebabkan oleh
penggunaan model bisnis fast fesyen dalam pengembangan produk slow fashion,
yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan. Melalui analisis five why’s
analysis, ditemukan bahwa penyebab utama masalah ini adalah tidak adanya
perancangan model bisnis yang khusus untuk slow fashion. Oleh karena itu,
penelitian ini berfokus pada perumusan usulan rancangan model bisnis slow
fashion menggunakan metode business model canvas dan testing business ideas
karya Osterwalder, dkk untuk perusahaan Screamous yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen dan prinsip keberlanjutan, serta menilai kelayakan
implementasinya untuk mengurangi ketidakpastian dan risiko dalam pengambilan
keputusan perusahaan.
Berdasarkan metode yang digunakan, didapatkan hasil bahwa melalui analisis
mendalam terhadap lingkungan bisnis dan kebutuhan pelanggan, penelitian ini
mengidentifikasi lima proposisi nilai utama, yaitu desain yang perbusat pada
aktivitas alam, mengedepankan pengrajin lokal, sumber daya berkelanjutan,
tranparansi dan aktivisme. Hasil rancangan Business Model Canvas menunjukkan
x
bahwa keberhasilan model bisnis ini sangat bergantung pada integrasi kelima
proporsi nilai tersebut dengan dukungan dari hubungan pelanggan yang personal,
saluran distribusi yang omnichannel, aktivitas produksi yang berkelanjutan, serta
kemitraan dengan pemasok bahan baku lokal. Meskipun model bisnis ini memiliki
potensi yang besar, terhadap fakot minat pelanggan dan kekuatan finansial bisnis,
Namun, ketersediaan bahan baku berkelanjutan di Indonesia masih menjadi
tantangan utama.