digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pentingnya judul disertasi di atas dilakukan untuk mencari solusi paripurna yang sampai saat ini belum menemukan akar permasalahan serta metode pengendalian banjir. Beberapa upaya penanganan sudah dilakukan oleh pihak terkait namun hasilnya belum maksimal. Hasil pengkajian karakteristik morfologi (penampang melintang dan memanjang/meander) Sungai Citarum Hilir diperoleh dengan dua metode yaitu pengkuran langsung topografi dan pemeruman (metode konvensional) dan metode uduhan (download) dari rekaman satelit (google earth) secara 3D, metode ini merupakan kebaruan dari penelitian yang belum banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Hasil kedua metode tersebut dibandingkan diantaranya luas penampang basah, elevasi dasar sungai, dan lebar basah. Perbandingan mencapai perbedaan antara 13,2 - 26,3%. Perbedaan yang cukup besar dikarenakan metode unduhan google kedalaman hanya berhenti pada TMA (Tinggi Muka Air) sesaat pada rekaman satelit. Sehingga parameter geometri hidraulik sungai tetap menggunakan hasil pemeruman yang sudah standar. Berdasarkan parameter geometri hidraulik pada kondisi kapasitas peres (bankfull), Sungai Citarum Hilir mempunyai debit 500 – 520 m3/s di km 60 dari Bendungan Jatiluhur dan menurun kearah hilir. Kapasitas bankfull hanya mampu menampung debit desain Q1 tahun (566 m3/s). Kapasitas debit yang rendah disebabkan oleh tingginya sedimentasi yang mencapai 50 cm per tahun akibat dari erosi lahan DAS Cibeet yang mencapai lebih dari 3 mm per tahun dampak dari degradasi tutupan lahan akibat alih fungsi menjadi permukiman dan resort serta sarana bisnis. Debit dari DAS Cibeet dan Cikao berkaitan langsung hubungan curah hujan dan debit yang mengikuti metode rasional dengan koefisien pengaliran C, 0,6 - 0,7 dan intensitas hujan dan luas DAS, karena belum adanya waduk. Sedangkan besar debit Citarum Hulu yang tertampung di Waduk Saguling, Waduk Cirata, dan Waduk Jatiluhur dan keluar mengikuti pola operasi Waduk Jatiluhur kemudian masuk ke Citarum Hilir. Hasil penelusuran debit ekstrem keluaran (outlet) Waduk Jatiluhur bervariasi mengikuti deret fourier dengan nilai minimum 100 – 200 m3/s untuk musim kemarau dan 400 – 500 m3/s untuk musim hujan, bahkan pernah terjadi pengeluaran sampai 700 m3/s pada tahun 2010 dan 2018. Debit di Sungai Citarum Hilir menjadi lebih 1300 m3/s karena disumbang dari debit sub DAS Cibeet dan Cikao yang menyebabkan banjir meluas di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi serta berdampak kerugian besar. Hasil analisis dari persamaan deret fourier debit outlet Waduk Jatiluhur dengan metode turunan fungsi didapat debit maksimum yang setara dengan kejadian debit terdahulu. ii Fokus penelitian diperuntukkan untuk mengevaluasi bentuk, luas dan dalam genangan akibat banjir di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi serta batasbatas secara natural dipergunakan metode rambatan banjir meluas horizontal (2D) disepanjang alur sungai dan lahan kanan kiri tanggul dengan menggunakan software HEC-RAS 2D, berbagai debit rencana dan dikombinasikan dengan jejaring aliran (flownets) yang berbasis pada kecepatan metode Manning. Hasil simulasi HEC-RAS 2D dengan berbagai debit dari 40 -150% (debit maksimum pernah terjadi/1300 m3/s) yang meliputi bentuk, luas, dan kedalaman diberikan pada peta genangan banjir, dimana hasilnya sangat mirip dengan peta rekaman dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi. Semua debit yang disimulasikan, didapat TMA (Tinggi Muka Air) melebihi sebagian besar dari elevasi tanggul yang ada terluapi dan membanjiri lahan disekitar Sungai Citarum Hilir yaitu kawasan persawaham, permukiman, dan industri.