Pentingnya judul disertasi di atas dilakukan untuk mencari solusi paripurna yang
sampai saat ini belum menemukan akar permasalahan serta metode pengendalian
banjir. Beberapa upaya penanganan sudah dilakukan oleh pihak terkait namun
hasilnya belum maksimal. Hasil pengkajian karakteristik morfologi (penampang
melintang dan memanjang/meander) Sungai Citarum Hilir diperoleh dengan dua
metode yaitu pengkuran langsung topografi dan pemeruman (metode konvensional)
dan metode uduhan (download) dari rekaman satelit (google earth) secara 3D,
metode ini merupakan kebaruan dari penelitian yang belum banyak dilakukan oleh
peneliti sebelumnya. Hasil kedua metode tersebut dibandingkan diantaranya luas
penampang basah, elevasi dasar sungai, dan lebar basah. Perbandingan mencapai
perbedaan antara 13,2 - 26,3%. Perbedaan yang cukup besar dikarenakan metode
unduhan google kedalaman hanya berhenti pada TMA (Tinggi Muka Air) sesaat
pada rekaman satelit. Sehingga parameter geometri hidraulik sungai tetap
menggunakan hasil pemeruman yang sudah standar. Berdasarkan parameter
geometri hidraulik pada kondisi kapasitas peres (bankfull), Sungai Citarum Hilir
mempunyai debit 500 – 520 m3/s di km 60 dari Bendungan Jatiluhur dan menurun
kearah hilir. Kapasitas bankfull hanya mampu menampung debit desain Q1 tahun
(566 m3/s). Kapasitas debit yang rendah disebabkan oleh tingginya sedimentasi
yang mencapai 50 cm per tahun akibat dari erosi lahan DAS Cibeet yang mencapai
lebih dari 3 mm per tahun dampak dari degradasi tutupan lahan akibat alih fungsi
menjadi permukiman dan resort serta sarana bisnis. Debit dari DAS Cibeet dan
Cikao berkaitan langsung hubungan curah hujan dan debit yang mengikuti metode
rasional dengan koefisien pengaliran C, 0,6 - 0,7 dan intensitas hujan dan luas DAS,
karena belum adanya waduk. Sedangkan besar debit Citarum Hulu yang tertampung
di Waduk Saguling, Waduk Cirata, dan Waduk Jatiluhur dan keluar mengikuti pola
operasi Waduk Jatiluhur kemudian masuk ke Citarum Hilir. Hasil penelusuran debit
ekstrem keluaran (outlet) Waduk Jatiluhur bervariasi mengikuti deret fourier
dengan nilai minimum 100 – 200 m3/s untuk musim kemarau dan 400 – 500 m3/s
untuk musim hujan, bahkan pernah terjadi pengeluaran sampai 700 m3/s pada tahun
2010 dan 2018. Debit di Sungai Citarum Hilir menjadi lebih 1300 m3/s karena
disumbang dari debit sub DAS Cibeet dan Cikao yang menyebabkan banjir meluas
di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi serta berdampak kerugian besar.
Hasil analisis dari persamaan deret fourier debit outlet Waduk Jatiluhur dengan
metode turunan fungsi didapat debit maksimum yang setara dengan kejadian debit
terdahulu.
ii
Fokus penelitian diperuntukkan untuk mengevaluasi bentuk, luas dan dalam
genangan akibat banjir di Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi serta batasbatas
secara natural dipergunakan metode rambatan banjir meluas horizontal (2D)
disepanjang alur sungai dan lahan kanan kiri tanggul dengan menggunakan
software HEC-RAS 2D, berbagai debit rencana dan dikombinasikan dengan
jejaring aliran (flownets) yang berbasis pada kecepatan metode Manning. Hasil
simulasi HEC-RAS 2D dengan berbagai debit dari 40 -150% (debit maksimum
pernah terjadi/1300 m3/s) yang meliputi bentuk, luas, dan kedalaman diberikan
pada peta genangan banjir, dimana hasilnya sangat mirip dengan peta rekaman dari
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karawang dan Kabupaten
Bekasi. Semua debit yang disimulasikan, didapat TMA (Tinggi Muka Air) melebihi
sebagian besar dari elevasi tanggul yang ada terluapi dan membanjiri lahan disekitar
Sungai Citarum Hilir yaitu kawasan persawaham, permukiman, dan industri.