Produksi bambu di Kabupaten Sumedang pada tahun 2016 mencapai 1.599.056 batang. Produksi yang cukup tinggi ini tidak sejalan dengan popularitas industri pengolahan bambunya. Maka dari itu, riset ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi dan ketersediaan bambu di Kabupaten Sumedang saat ini, mengidentifikasi potensi industri pengolahan bambu di Sumedang, dan menentukan strategi pengembangan industri pengolahan bambu di Sumedang. Identifikasi potensi dan ketersediaan bambu dilakukan dengan analisis deskriptif semi kuantitatif yang didapatkan dari wawancara dengan Cabang Dinas Kehutanan (CDK) IX, sedangkan identifikasi potensi industri pengolahan bambu dilakukan dengan analisis deksriptif kualitatif dan analisis nilai tambah metode Hayami dengan data yang didapatkan dari wawancara dengan pelaku industri pengolahan bambu. Strategi pengembangan industri dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Dari segi ketersediaan bahan baku, diketahui bahwa terdapat 126.210 batang bambu yang dapat dipanen sebanyak 3.505 batang bambu per bulannya. Pemanfaatan bambu di Kabupaten Sumedang ini belum optimum, hanya memanfaatkan sekitar 73% dari bambu yang dapat dipanen, yakni sebanyak 2.565 batang bambu per bulan. Secara umum, industri pengolahan bambu di Kabupaten Sumedang merupakan produksi skala rumahan dengan kapasitas produksi sangat kecil. Proses produksi dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana serta menghasilkan produk yang juga sederhana dengan harga yang murah. Diketahui, nilai tambah produk berkisar antara 0-97% dengan tingkat keuntungan yang kecil. Hadirnya produk substitusi mempersulit produk bersaing di pasaran. Maka dari itu, perlu pengembangan industri pengolahan bambu dengan strategi intensif dan diversifikasi, mencakup diversifikasi produk memanfaatkan branding ramah lingkungan, meningkatkan kualitas produk sebagai atribut pariwisata budaya, penyediaan pameran budaya, membuka pasar global, dan membangun asosiasi pengrajin bambu.