Vanillin merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan sebagai perisa makanan,
minuman, dan pemberi aroma pada kosmetik. Di Indonesia vanillin mulai diproduksi
secara biologis dengan memanfaatkan tandan kosong sawit yang mengandung selulosa,
hemiselulosa, dan lignin yang dapat dimanfaatkan menjadi senyawa kimia bernilai tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh dari jenis mikroba serta kondisi
operasi saat fermentasi terhadap perolehan vanillin melalui fermentasi asam ferulat yang
didapatkan dari pre-treatment TKKS. Fermentasi asam ferulat dilakukan dengan
menggunakan mikroba Bacillus megaterium, Pycnoporous cinnabarinus, dan
Streptomyces sp. dengan variasi pH 7; 8; dan 9; temperatur 30 oC; 32,5 oC; dan 35 oC;
serta substrat untuk fermentasi dari pre-treatment TKKS menggunakan metode
organosolvent dan steam explosion, serta asam ferulat murni sebagai kontrol. Proses
fermentasi dilaksanakan selama 14 hari dan variasi percobaan akan dianalisis dengan
menggunakan Minitab. Penelitian ini menemukan bahwa pre-treatment terbaik yang
dilakukan untuk mendapatkan yield vanilin terbesar ada pada pre-treatment
organosolvent. Dengan mikroba paling bagus untuk fermentasi asam ferulat merupakan
Bacillus megaterium. Faktor kondisi operasi paling berpengaruh terhadap perolehan
vanilin dari Streptomyces sp. dan Bacillus megaterium adalah gabungan antara pH awal
dan temperatur, sedangkan untuk Pycnoporus cinnabarinus adalah pH awal.