Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah secara signifikan mengubah berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk sektor keuangan. Cryptocurrency, yang dimulai dengan Bitcoin pada tahun 2008, telah muncul sebagai pemain baru dalam keuangan global. Di Indonesia, minat terhadap cryptocurrency meningkat karena potensi pengembalian investasi dan kemajuan dalam teknologi blockchain. Namun, tantangan seperti regulasi pemerintah, rendahnya literasi keuangan, dan risiko yang dirasakan terus menjadi hambatan dalam adopsinya.
Meskipun minat terhadap teknologi ini terus tumbuh, penerimaan cryptocurrency di Indonesia masih terbatas oleh kurangnya pemahaman dan pendidikan. Banyak orang yang masih belum akrab dengan cryptocurrency, sehingga menyebabkan skeptisisme dan tingkat kepercayaan yang rendah. Selain itu, infrastruktur teknologi, terutama di daerah pedesaan, masih belum memadai untuk mendukung transaksi cryptocurrency yang aman. Kekhawatiran tentang keamanan dan volatilitas nilai cryptocurrency juga merupakan faktor signifikan yang mempengaruhi adopsi. Oleh karena itu, prioritas utama adalah mengatasi hambatan-hambatan ini dengan memahami faktor-faktor kunci yang terlibat.
Studi ini meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi niat perilaku untuk menerima cryptocurrency di Indonesia dengan menggunakan model UTAUT, dengan fokus pada peran moderasi literasi keuangan. Temuan mengungkapkan bahwa ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, pengaruh sosial, keamanan, kesadaran, risiko yang dirasakan, dan literasi keuangan secara signifikan memengaruhi niat untuk menggunakan cryptocurrency. Orang yang percaya bahwa cryptocurrency meningkatkan kinerja mereka, mudah digunakan, dan didukung oleh lingkungan sosial mereka cenderung lebih menerima. Meskipun persepsi risiko biasanya menjadi penghalang, peningkatan literasi keuangan dan pemahaman tentang risiko secara positif memengaruhi niat untuk mengadopsi cryptocurrency. Di sisi lain, kondisi fasilitasi, seperti akses perangkat dan dukungan teknis, tidak secara signifikan memengaruhi niat perilaku. Literasi keuangan juga memperkuat hubungan antara persepsi keamanan, kesadaran, dan niat perilaku, tetapi tidak antara ekspektasi kinerja, kondisi fasilitasi, dan pengaruh sosial.